Pages

Jemari dan Pena, Februari 2013

Senin, 06 Mei 2013

Bismillah..

Assalamualaikum.. 

Siang ini saya mau post puisi-puisi di Bulan Februari kemarin yang selama ini bobo tenang terus di folder laptop karna jarang dibuka dan dibaca lagi hihihi, maafkan empumu ini ya :D. Karna bulan Februari itu manis kaya yang punya huehee maka saya carikan pict yang sweet juga ;)
 

Cinta Hitam - 04 Februari 2013

Padahal lubang ini masih bernanah
Ditemaram senja yang mencari tahu kosidah harap
Demi sebuah hati yang menganga rindu dan gerimis yang datang kemudian
Ah lonceng dunia yang meninggalkan rintihan tanda permadani suci kembali tergores
Jika aku buka jendela kamar maka jangkrik pun akan tertawa sama seperti mereka yang buta hingga membuatku gelap
Teess! Dibalik kokohnya langit ada insan yang menangis diatas bantal bercorak pelangi, jangan paksa dia untuk tersenyum karena lelah yang mengikis jasmani dan sebagian asanya
Cinta,
Dia tahu bahwa kata itu bukan dongeng cinderella bahkan manisnya cinta telah diteguk lewat mug bewarna hitam
Cinta yang hitam aneh memang!
Namun nyata bagi mereka yang berduka
Memahat omong kosong yang dirasa nyanyian gemilang membawa angin segar bagi dunianya yang runtuh, 2 bulan kemarin
Namun meski sembunyi sangkaan waktu berkata lain
Hadapi! Berdiri!
Tak perlu risaukan cinta yang tak berbalas
   
Sepertiga Malam - 05 Februari 2013
Sekedar ingin menyapa tanah
Pada rembulan yang menghangat di balik risaunya burung hantu
Mengapa cepat pergi padalah sayup mentari enggan terlihat
Sesempurna inikah munajat hingga getaran asma lirihkan malaikat pemberi nikmat
Untuk sepertiga malamku,
Ini bukan batas hitam hendak mengabu karena ini sebuah peradaban
Dimana tanah mencium tanah
Tempat nenek moyang membuka mata dan insan terakhir menghembus nafas
Tertelan sepertiga malam perisai tubuhku bernada ikhlas memberikan semuanya;
Jantungku, paru, seisi volume darah, hingga sumsum tulang ini
Tak mengapa kain hangat itu berteriak lalu mengamuk dasyat
Toh tak ada yang tahu kapan Izroil membuka celah kecil jendela kamar
Ketika jaman purba tak mungkin terulang
Alfa Edison yang tak mampu memilih, pintar atau bodoh
Dan mutlaklah masa ini manusia singgah diujung lorong gelap dengan dua pilihan;
Taman Firdaus atau lembah Jahanam
Tuhan, untuk mengakhiri puisi ini patrilah harapku dilangit sana
Biarkan ruku dan sujudku di sepertiga malam tak usang hingga nafas terakhir penghambaanku kepadaMU

Batu Karas - Februari 2013
Tepat disana kala burung camar tak menampakkan eloknya
Nyanyian yang ku anggap pendusta
Disaksikan sang senja dalam ruang hampa aku ukir namamu pada keyboard rindu
Masih saja tetes embun yang bermuara di kelopak mata turut ramaikan asa yang kosong
Lalu, ketika pelan kaki menyapa pasir hitam teriak ombak menari bak balerina
Ayo...ayo....ayo......!
Disini tak akan terjadi pelepasan surat cinta dalam botol
Tak akan terjadi teriakan gersang yang memecah karang
Namun, satu syair cinta tertulis dalam masa terakhir
Seribu bayang terkenang dan satu wajah rupawan dengan kulit yang melimpah putih serta tangan kekar yang berangan sebagai pelindung
Bawalah pergi ombak secepat kau menghempas tanah
Sejauh samudra aku pasrahkan engkau
Temani dia ombak dalam pencarian dermaga keabadian seperti aku sekarang yang melepas belahan jiwa
  
Semangkuk Bubur - Februari 2013
Suara merdu membangunkaku pagi ini
Membuka korden coklat tua yang belasan tahun menempel disana
Sebuah ruang sunyi seketika memperjarakanku
Kenangan yang tak ingin terkenang bak layar film yang memaksaku untuk melihatnya
Diselingi kado kecil terbungkus kertas batik, hendak satu tahun dia berada disana dan 3 bulan ini tak pernah tersentuh
Membiarkannya usang oleh debu seperti sang pemiliknya yang rela membiarkanku terbisu
Dan langit pun mengerti padahal aku tak bercerita padanya, mendung
Kisahnya meninggalkan sejarah tentang cinta yang tak diridoi jaman
Tes! Kembali terluka pertahanan jiwa saat bendungan air mata tak dapat lagi disemai
Mungkin terlalu rapuh karena memang ujian ini tak pernah terduga
Mendaki ma`rifat sekarang tengah terjadi sebelum belati datang dengan tusukan
Aku senandungkan nyanyian asmara yang hanya merubah sunyi mejadi sepi
Dan di pagi, setelah semangkuk bubur dingin berkerak tersantap sebuah pesan membangunkanku jika inilah hidup,
Jadi santap saja!
  
Kaca Mata Tipis - Februari 2013
Duniaku kemari....
Penyair hendak membisikan kisah
Tentang adam dengan kaca mata tipisnya
Berdiri di balik dinding berwarna putih
Kemudian berlari dan meninggalkan patahan
Seirama harap merpati terbang hembuskan nada-nada surga
Lantas pinus di akhir Desember itu berbisik nyaring jika hati ini terpaut maka awali-lah
Harum pinus itu masih pekat dalam ingatan
Saat pukul 23.30 dingin malam berganti hangat oleh nasihat-nasihat elokmu
Aduhai! Inilah bait puisi yang penuh kenangan
Saat terkelabuinya mimpi oleh kebohongan orang-orang
Harapku nyatanya bukanlah harapmu, tersungkurlah kepalaku dibelahan duri
Di Februari ini aku melihatmu
Seperti tadi, kau kenakan batik ungu masih dengan kaca mata tipismu
Berjalan membelah keheningan asaku yang terdiam retak
Dan hujan meluruh disaksikan pohon tua berjambang dengan senyum tersumbar
Menjauhlah, awali dengan menjauh;
“Hidupmu-hidupmu dan hidupnya-hidupnya”

2 komentar:

Widodo van Sodhunk mengatakan...

salam kenal., saya widodo :)

Rembulan Perak mengatakan...

salam kenal juga, makasih sudah berkunjung :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS