“Tapi aku sama sekali tidak mengenalnya, tidak memiliki perasaan
istimewa padanya, lantas bagaimana aku bisa menikah dengannya?”.
Kalimat-kalimat itu yang muncul dalam benak seorang insan saat
pertimbangan pernikahan datang.
Menikah adalah perkara seumur
hidup, ibadah sepanjang usia maka haruslah kita jatuhkan pilihan pada
orang yang tepat. Seseorang yang membersamai kita lewati segala musim,
ujian juga kebahagiaan. Menapaki tangga demi tangga kehidupan, berlayar
di samudra kenyataan yang luas, saling menguatkan lewat genggaman tangan
dan keyakinan penuh. Semua berawal dari keputusan, memilihnya sebagai
pasangan hidup menjadi patner sejati.
Menikah tanpa perasaan cinta, memang harus begitu bukan? Sebab jika cinta
sudah terasa jalari hati, waspada, di sana permainan setan turut serta.
Memang siapa dia, apa kepentingannya dalam hidupmu, bagaimana syariah
berkata, jika seorang yang belum halal untuk kau genggam perasaannya
telah mengisi hatimu?.
Menikah tanpa perasaan cinta,
bisa jadi buaian angan semata yang merajuk hatimu mencari seseorang
yang kau cintai tanpa hubungan sah, mencari dan terus mencari sampai
terjelembab di lubang kenistaan yang telah Allah larang, yakni zina.
Menikah
tanpa perasaan cinta, membiarkan hatimu tetap dalam keadaan kosong yang
hanya diisi dengan kepercayaan pada Allah, jika perempuan yang baik
untuk lelaki yang baik begitu pun sebaliknya. Mengisinya dengan
prasangka baik pada Allah lewat pengharapan-pengharapan doa yang pasti
Allah dengar, sedangkan cepat atau lambat itu hanyalah perkara waktu
yang haqqul yakin Allah mengabulkannya.
Menikah tanpa perasaan
cinta, akan terhapuskan setelah kau temukan dia sang pangeran jawaban
atas doa-doamu, kondisi dan keadaan setelah menikah yang mewajibkan
sepasang suami istri hidup bersama walaupun baru saling mengenal akan
membentuk perasaan cinta. Jika sebelum menikah telah miliki perasaan
cinta pada pasangan yang tidak diakui KUA apalagi Tuhan itu adalah
permainan syaitan yang menjerumuskan, sedangkan buih perasaan cinta yang
hadir setelah menikah yakinlah itu kebesaran Allah yang menghantarkan
dua insan menuju gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat.
Perasaan
cinta mampu tumbuh dengan sendirinya, terlebih bagi seorang perempuan,
melihat pasangan berakhlak baik pun telah getarkan perasaan-perasaan.
Jangan takut menikah tanpa perasaan cinta, jika telah yakin bahwa
pasangan yang meminangmu miliki pemahaman yang baik terhadap agama.
Pasangan yang baik agamanya, menjadikan kewajiban sebagai landasan
tanggung jawabnya. Dan tanggung jawab ialah bukti cintanya. Tanggung
jawab bukan hanya di dunia tetapi akhirat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar