Kemudian,
Masih pada langit yang sama
Saat tengadah kepala kita
menjurus ke atas
Seketika awan-awan berarak
pisahkan diri
Ciptakan
bentangan lapang tanpa asap
Lantas,
Mata
kita mengerjap
Menghitung
bintang demi bintang yang kemudian datang
Bintang
yang tersenyum membentuk elokan mata, hidung dan bibir yang berbinar
Kita
turut kembangkan senyum
Di
bawah rerumputan yang basah oleh embun malam
Rintikan
lembutnya jalari sekitaran pundak
Sementara
telunjuk kita mengapung ke udara
Memilih
sesuka hati bintang mana yang di suka
Di
selari angin yang juga turut berdendang tawa
Aku
bentangkan seluruh jari kemudian berkata “itu bintangku.....” menangkapnya lalu
dengan genggaman menyimpannya di dada
Saat
jatuh cinta,
Maka
semesta ‘kan turut bahagia tanpa diminta
Aku
alihkan pandangan,
Menatapnya
yang masih berbinar
Kejora,
bintang yang paling indah itu di matamu
Garut, 12 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar