Bismillah...
Assalamualaikum,
selamat minggu sore :D
Gimana weekendnya?
semoga luar biasa happy ya ;)
Sekarang saya mau
cerita yang sebenarnya sudah saya niatkan dari minggu kemarin tapi karena satu
dan lain hal, pending-pending terus deh. Cerita ini kelajutkan dari BAPAK luar
biasa yang saya posting sebelumnya. Oke, cekidot.
Seperti biasa, hari
Sabtu jadwal saya dinas di RS. Dari siang hujan gak berenti pokoknya dinas saya
kali itu special moment deh, kenapa? yaaa karena hujan, pasien lumayan buanyak
dan teman-teman ngobrolin kejadian horor di RS. Wesh, kalau ada petir nih terus
cerita lagi seri-serunya pasti pada teriak gak jelas. Hujan tambah deras, petir
sesekali muncul, cerita horor makin nambah; pengalaman yang ini pengalaman yang
itu wualaaaaah Ayat Kursi juga sudah mulai keluar deh.
Tik...Tuk...Tuk-Tuk,
apa tuh! hehe denting jam yang saya buat asal :D. Yes jam 21.00 waktunya pulang
esh tapi hujan gak memberi ampun malah tambah deras. Saya urungkan niat saya
menghubungi Mamah agar Bapak menjemput. Ih kayanya hujan gini terus saya minta
pulang kok jatuhnya jadi anak nista banget -,- oke-oke saya tunggu sampai jam
21.30, buset suer itu hujan belum berhenti juga :O. Disini saya mulai bingung,
Kiky sudah pergi duluan katanya mau pulang ke rumah sebrang rumah sakitnya
saja, tinggal nyebrang sampai deh. Sementara Rani, tunangannya sudah stanby di
depan RS. Beberapa kali Rani merajuk agar saya ikut bersama mereka, oke deh
saya telfon Mamah dulu supaya Bapak jangan jemput.
Nah disini....
Kata Mamah, Bapak
sudah jemput dari setengah jam yang lalu. HAH! setelah cipika-cipiki dengan
Rani pergi lah saya ke gerbang RS dan ternyata benar Bapak ada, beliau sedang
duduk di kursi kayu milik Emang Cuanki.
“Kenapa gak
telfon?” Tanyanya saat pertama kali menyadari keberadaan saya.
“Hehehee”
Cengengesan gak jelas jawaban saya.
Duk! saya duduk
disampingnya dan ternyata disamping saya juga duduk kakak tingkat, kita saling
senyum kemudian sibuk masing-masing.
“Hayu Pak!”
“Hujan keneh,
sakedap deui” (Translet= Masih hujan, sebentar lagi)
“No, laan sapatuna
kanu keresekeun yeuh anggo sendal Bapak” (Translet= No, lepas sepatunya masukin
ke keresek, nih pakai sendal Bapak)
Saya girang, saya
setuju. Cepat saya buka sepatu dan memasukannya ke dalam kantong kresek
pemberian Emang Cuanki yang baik hati. Yaiyalaaah, besok ada acara di kampus
masa pakai sepatu basah pikir saya. Sementara Kakak Tingkat yang duduk di
samping saya ternyata memperhatikan kami dengan keningnya yang berkerut dia
berkata.
“Neng, kasian
Bapaknya....”
“Enggak apa-apa
Teh, kan pake motor” Jawab saya cuek tanpa perasaan bersalah.
5 menit kemudian...
“Hayu, pake payung
yang mana?”
LOH PAYUNG? Saya
celingukan.
“Masa hujan gini
naik motor, tuh 2 payung piling nu mana?”
Heh! saya telan
ludah.
“Teu janten Pak,
abdi nganggo sapatu deui we” (Translet= Gak jadi Pak, saya pakai sepatu lagi
saja)
Subhanallah, disana
jujur hati saya lemas. Bapak baik banget.... sudah nunggu saya lama,
hujan-hujanan dari rumah ke rumah sakit, sekarang nawarin jalan kaki tanpa alas
demi sepatu saya supaya gak basah. I LOVE YOU SO MUCH :*
Jadi Pak, kalau Eno
minta nikah sekarang bakal dikabulin juga gak?
Jodoh kan gak tau
datengnya.... *hohoho
Diatas cerita Bapak
yang LUAR BIASA. Sekarang biar langsung, saya mau cerita tentang guru Agama SMA
saya dulu. Tahun kemarin saya sudah tulisin ceritanya disini, kisah awal-awal
saya berhijab.
Nah, sekarang tepat
hari ini saya kembali bertemu dengan beliau di dalam kajian ilmu islam. Ya,
kegiatan kerohanian dari kampus yang ternyata mengundang beliau sebagai
pematerinya. Karena, dalam kegiatan ini saya bukan panitia jadi saya tidak tahu
apa-apa melainkan cukup hadir sebagai peserta.
Setelah menunggu
sebentar, karena saya datang telat 1 jam dan acarapun sama molor 1 jam. Hihihi
saya bersyukur karena tidak ketinggalan ;P. Oke duduk damai, tarik nafas....
tiba-tiba Pak Asep Ridwan kok ada di depan sedang mempersiapkan slide shownya,
saya bingung dan tanya ke Annida kebetulan dia putri beliau.
“Ayah Annida?”
Tanya saya berbinar.
“Iya”
MC menyerahkan
kepada moderator untuk memimpin acara kemudian melangkahlah lelaki bersahaja
yang saya favoritkan itu untuk berdiri di depan. Pak Asep Ridwan menyapa para
peserta dengan energinya yang khas. Kemudian dia bertanya “Adakah alumnus SMAN
1 Garut?”.
Sontak saya
mengacungkan tangan dengan penuh semangat “Ada Pak!”
“Allhamdulilah,
Anakku.....” Ujarnya kemudian dengan senyumnya dan dengan acungan kedua jempol
seperti biasa.
Pak Asep Ridwan,
betapa hidayah adalah milik Allah semata dan saya amat beruntung mendapatkannya
secepat ini.....
Semoga
diistiqomahkan dan terus berkembang menuju kebaikan yang lebih baik. Aamiin.
Bapak dan Pak Ridwan, keduanya luarrrrr biaza!