
“Kamu mulai tertarik padaku Sam?” Alisa bertanya sekonyong-konyong dengan suara menggelegar ditengah riuahan mahasiswa-mahasiswi yang baru saja mendaparkan gelar diploma.
“Kenapa gak dari dulu saja
Sam! Lihat sekarang kita sudah lulus. Ah kamu kebanyakan mikir!” Lanjut Alisa,
kini suaranya yang tidak pelan mulai menarik perhatian teman-teman satu
angkatannya.
Bima yang melihat Sambi
terdiam dengan ocehan Alisan yang menurutnya memalukan sekali tak sabar ingin
bertindak, Alisa gila! Cercahnya dalam hati. Satu langkah lagi tangannya akan
sampai dilengan Sambi lalu menariknya dan keluar dari kerumunan orang-orang.
Namun hey! Mengapa tangah Bima yang justru tertarik, cengkraman kuat walau Bima
rasakan jari-jari lentik si pemilik tangan.
****
“Syuuuuut! Udah lo diem
aja, kasihan Alisa” Ucap seorang perempuan dengan wajah gusar ia memegang sebotol
air mineral yang masih unuh belum diminum.
“Buat lo, gw gak haus kok”
Sodornya pada Bima yang menatap dengan isyarat penuh tanda tanya, gw pernah
lihat cewek ini... tapi dimana?
“Gw gak butuh minum” Bima
menjawab singkat lalu menundukkan wajahnya, tatapannya kini tertuju pada tanah
yang diinjak kakinya. Supaya tidak terlihat bahwa memori otaknya sedang
berkerja. Beberapa detik kemudian dengan cepat perempuan itu membuka botol air
mineral dan diteguk hampir setengahnya. Riasan yang sempurna, kebaya bermotif
elegan dipadukan dengan rok berbahan satin polos warna hijau toska.
Duuuuar...duaaaaaaaar! irama petir bersahutan diatas
langit, semenit kemudian hujan turun tanpa pemberitahuan setelah petir yang
menggelegar. Bima dan perempuan berkabaya itu terbirit-birit mencari tempat
teduh untuk melindungi tubuhnya dari serangan air, parahnya yang ada
disekeliling mereka hanya pohon-pohon tua, kontan Bima merutuk karena perempuan
itu yang membawanya keluar dari gedung dan menuju taman belakang kampus. Taman
paling belakang. Sekilas menyerupai kebun pohon-pohon tua.
“Iiiih lo sih! Emang gak ada tempat lain sampai bawa gw
kesini?!” Akhirnya tumpah juga kekesalan Bima setelah mereka temukan pohon
rindang.
“Kalau kita diem terus disana udah basah kuyup! Tapi
kalau dibawah pohon ini, jangan tuntut gw kalau lo kesambar petir!” Jawab
perempuan berkabaya galak seraya berkacak pinggang sebab tidak menerima
bentakan Bima.
“Terus maksud lo biarin si Alisa malu-maluin sahabat gw
didepan orang-orang itu apa? Gw gak kenal yah lo siapa, gak pernah lihat juga
lo dikampus ini, penyusup lo!” Nada suara Bima naik beberapa oktaf, tubuhnya
dialiri tegangan listrik yang amat tinggi sampai-sampai tidak bisa berbuat
lembut pada perempuan yang ada didepannya.
“Sadar dong Lo! Ini tuh hari wisuda dan keluarga
wisudawan bisa datang kesini. Gw Alindra sepupu Alisa!”
“Ooooh Alindra... syukur deh sekarang lo udah ngasih tau
nama lo jadi kalau ada apa-apa gampang buat gw untuk nyari lo, mempertangung
jawabkan kesalahan lo yang fatal ini!” Garang Bima menghadapkan tubuhnya pada
Alindra, sorot matanya bak elang yang menantang mangsanya. PLAAAAAAK!
PLAAAAAAAK!.
“Lo itu gak ada
lembut-lembutnya yah perempuan!” Tanpa Bima prediksi tiba-tiba 2 tamparan
mendarat dipipinya dari perempuan yang baru saja dia ketahui namanya.
“Bima, asal lo tahu yah! Sambi itu teman gw dan Alisa
dari kecil-dari SD. Sambi cinta pertamanya Alisa, sampai sekarang dia belum
pernah deket sama cowok, belum pernah ngomongin cowok lain ke gw selain nama
Sambi, makanya kenapa selama 3 tahun kuliah disini Alisa jadi sosok yang
introvert, Alisa senang bukan main bisa satu kampus dengan Sambi dan dia ingin
membuktikan bahwa cintanya pada Sambi memang tidak pernah tergantikan”.
Hah? Bima kembali memutar ingatannya, kalau perempuan ini
sepupu Alisa. Yap! Alisa kurang lebih memang dekat akhir-akhir ini dengan Sambi
dan kemungkinan besar Bima melihat Alindra ketika dirinya diajak Sambi untuk
berkunjung ke rumah Alisa. Alisa??? Selama ini memang Bima tidak suka pada
perempuan berlesung pipi itu karena sikapnya yang menurut Bima aneh. Tapi
keanehan itu justru timbul karena tertutupnya Alisa pada lelaki lain selain
Sambi. Benar-benar aneh!.
“Hanya pada Sambi, Alisa mampu tersenyum dan membuka
dirinya... jadi gw mohon, lo sebagai sahabatnya Sambi mendukung cinta Alisa
pada Sambi. Sambi percaya ke lo Bim, jika lo setuju pada Alisa maka Sambi akan
mewujudkan harapan Alisa selama ini....”
Hujan seketika berhenti. Bima yang terdiam setelah ucapan
Alindra pada dirinya mendongkakan wajahnya karena Alindra yang sedari awal
berteriak-teriak riang, lalu kini kembali tangan-tangannya mencengkram lengan
Bima, membawanya ketengah taman.
“Lihat itu pelangi! Gw yakin, Alisa sekarang bahagia....
makasih yah Bima lo mau dengerin omongan gw.... selamat Alisa semoga Sambi
memang Tuhan ciptakan untuk sempurnakan hidup lo......” Alindrapun tidak bisa
menutupi kebahagiannya sementara Bima medapatkan pembelajaran baru: hakikat
bahagia adalah melihat orang yang disayangi merasakan kebahagiaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar