Bismillah..
Assalamualaikum, selamat beraktivitas di hari Jum`at :). Pagi ini saya mau posting puisi-puisi di bulan Juni. Hihihi udah telaat beberapa hari tapi gak apa-apa lah yaaa :D.
Keretamu
Rindu, pertemukanku dengan-Mu, 3 Juni 2013
Rindu,
aku mencarimu diantara gerbong kereta yang berderet panjang
mengendus bebauan besi tua yang entah pada jaman mana sang pandai mengukirnya
aku lolongkan terpaan suara untuk memanggilmu untunglah angin kali ini berlaras
dermawan hingga aku simpan seluruh ion-ion positif untuk nanti ketika berjumpa
denganmu
aku hanya tinggal melihat dari sini, digerbang paling pojok dengan tumpangan
kaki layaknya kaisar yang bertahta emas
angin menari seperti balerina kemudian berdansa, hentakkan pinggul layaknya
Jaipong lalu hidupkan mata kalahkan orang Bali
hihihi Rindu, aku tersenyum jika semudah ini aku mencintaimu maka dedaunan yang
melambai disana akan aku curi satu lantas ku buat cincin elok untukmu
ah tapi, turunan Khadijah tak akan ada yang semudah itu
karena untuk mengenalmu saja Rindu aku tulus tanggalkan patung penghormatanku
sekarang untuk meminangmu aku ucapkan janji sejati kepada Tuhanmu dan Rosulmu
yang kini menjadi Tuhan dan Rosulku juga
Menjemput
Nenek Moyang, 6 Juni 2013
dan kau seperti sanggup menepi ditelaga samudra
mengemas seluruh isi buahan mimpi untuk bingkisancantik di alam surga
aku termabuk-mabuk lirihkan aneka laras yang tertinggaldimasa lalu
anyaman tentang cita yang tak sempurna bersanding harap
kau melaju ditengah temaram
bercerita pada camar yang hinggap lalu kepakan sayapnya
semakin larut kita dibuai sunyi
bergelombang ombak-ombak yang tak tahu bahwa hiduplebih keras dari karang
sebentar saja aku ingin bernafas, ucapmu yang membuatnyawaku legang
perihal sendu, kita pernah menyapanya lalu teriakan eranganpada Tuhan
meski ramai mereka bersua gerombolan kasar prajuritparlemen tak mampu ubah
segalanya
adik-adikku yang melegam warna kulitnya, kuning jagungrambutnya hingga
ingus-ingus tipis dari hidungnya
kita becermin pada malam,
gelap tak selamanya hitam
akan tampak ronaan mentari diufuk timur
dan kita bersama menjemput nenek moyang
disana diujung negeri
Syu, 9 Juni 2013
bangunlah hari telah beranjak malam Syu,
nampaknya kau terlalu lama untuk bermimpi sedang aku asyik menghitung hari
diperempatan jalan itu kita memasang jemari, menerbangkannya keatas langit
hingga rasi-rasi mungil nan cantik terukir dalam sketsa imajinasi
Syu, tak ada rencanaku mencari kemboja secepat ini karena aku fikir kita akan
hidup lebih lama dari ini menghujam malam dan siang yang penuh drama air mata
karena kita terlahir menjadi pejuang kedamaian insani
ah namun Tuhan amat baik Syu hingga menarik drama siang dan malam yang busuk
itu dalam alur waktumu
kini, aku percaya jika kau memasuki mimpi baru
mimpi syahidah dan alurmu adalah gerbang-gerbang surge
Penikmat
Pelangi, 13 Juni 2013
Aku sebagai yang lembab. Tinggal dihutan
tanpa cahaya dan nafas ceria. Warna kulitku tak ubahnya beludru lumut yang hijau
kehitaman. Sementara sahabat-sahabatku adalah semua jenis binatang dan
serangga. Seperti itulah, selebihnya silahkah deskripsikan sendiri bagaimana
aku.
Namun aku hanya memberi waktu kurang dari satu menit saja.
Karena, dalam satu menit ini aku mengenalmu. Kamu yang menjabarkan indahnya
langit dan semua benda-benda ajaibnya. Aku yang membenci hujan karena hidupku
selalu bertambah dingin karenanya kini menjelma sebagi penghitung tetesan hujan
yang jumlahnya seolah nikmat Tuhan yang tak terhitung ruas jemari. Lalu,
sehabisnya hujan aku nantikan pelangi. Pancaran warna yang tak serupa ibarat
aku memaknai hidup, jika semua akan indah apabila kondisi; akal dan rasa
mempersiapkan keindahan itu.
Jadi, denganmu aku seolah menikmati pelangi. Iya... Pelangi yang datang dari
seluruh penjuru langit.
Syam dan Sayap
Malaikat, 15 Juni 2013
Syam,
titik air di sudut mataku masihlah basah
kau tuai beribu dongeng dalam mimpi sekejapku,
aku hanya butuh waktu kurang dari 1 malam tuk reda gemuruh dadaku
namun sayangnya, kau hadir dan aku tak mampu mengusirnya
Syam,
mungkin aku yang terbuai oleh kisah masa depan dimana kita menjerit bersama
atas perlakuan bumi yang tak selapang langit biru
aku ingat! Jeritanku berhenti saat keranda hijau bertuliskan kata Illahi datang
menjemputmu
kita bersedih
melambaikan tangan
kau berbalik
dan berjalan tak kembali
aku ingat Syam,
aku ingat!
bahwa tugasmu adalah tugasku kini, tugas kedamaian semesta alam
dan kau berjanji akan mengadu pada Tuhan agar sayap-sayap Malaikat membantu aku
tuk terbang
Cahaya Penerang,
19 Juni 2013
Untuk lukisan indah bernama langit
Tersirat didalamnya kelopak-kelopak mimpi yang terlukis damai
Siapa hendak menggapai tentulah yang Tuhan ciptakan dengan istimewa diantara
rajutan asa yang dikirim oleh malaikat penghuni surga
Untukmu dan aku yang bernafas dibumi pertiwi
Tak ada lelah yang membuat langkah terhambat
Tak ada gejolak yang membuat akal diserang bimbang
Tak ada rintihan yang membuat nurani menangis
Karna bendera pusaka masihlah berkibar
Sebagai cermin atas gelora semangat yang dipupuk tumbuh hingga mendaging dan
mengalir dalam darah mengisi kekosongan volume gairah pejuang yang tangguh tuk
satu kemenangan
Lalu,
Kamu dan aku hanya cukup tahu
Jika langit akan terus menaungi langkah kaki kita bersama cahaya-cahayanya yang
mengerti jika hidup ini akan menjadi penerang untuk menjemput kebahagiaan
hakiki dan abadi
*Juni on Radar Garut*
Di Sela Beranda,
20 Juni 2013
Tak ada lagi selain di sela beranda aku
duduk menentramkan udara ribut disetiap senja yang rusuh
Aku tunggu kau dalam seluruh hal yang membuatku mengerti arti kehadiran yang
berisi biusan energi surgawi
Aku telah duduk dengan kerudung coklat tua pesananmu, yang kau utarakan rupaku
manis dan syahdu
Duhai aksara,
cintaku tak akan habis terlisankan karena memang tak ada lagi harapan tercurah
selain aku dan kamu menikmati senja bersama di sela beranda, hingga; udara
menjadi ramah lalu angin membisikan untaian irama mesra
serta lembayung paham bahwa semuanya akan berlaku indah dalam keberadaan insan
yang patuh dalam garis lauful Mahfuzh
Sang Fajar, 20
Juni 2013
Tentang fajar yang menyingsing diujung
langit
Kaki mungil ayunkan langkah diantara lembah berlukut dan lembabnya tanah merah
ba'da hujan semalam
Ia rogoh seluruh asa dan enyapkan sesaat tautan mimpi mengenang sepasang
putih-merah yang tercukupi di badan
Nalarnya hilang kendali karna ego duniawi merajam keras sisi nurani tuk
cepe-goceng hadiah bagi Emak
Kemana mentari bersinar, disana jejak langkah terpatri
Lain halnya tentang esok yang nyatanya hanya tertuang dalam lembar mimpi tuk
nikmati nafas layaknya anak-cucu adam lain penikmat gairah penuh tawa
Ia hanyalah sang fajar yang berjalan bersama mentari, nyalakan sumbu
kebahagiaan hakiki demi Emak yang lemah tengkulai diranjang ketir yang
penyangga tidurnya adalah ia, lalu sang fajar lapangkan hati jika inilah hidup
untuk tetap bernafas, bergerak dan sisakan akal 'tuk bermimpi
dan semoga semua mengerti
*Sang Fajar, 20 Juni 2013 on Radar Garut.
Perhatian; judulnya emang Sang Fajar tapi bukan untuk kampanye salah satu bakal
calon bupati Garut huehee*
Merona, 21 Juni
2013
Kau menyapu sudut pandangku membingkainya
dengan sketsa-sketsa abstrak penuh harmoni
Kau ulas bersih nanah-nanah liar dalam khayalku hingga bentukan anggun terpatri
dalam senyum serta lakuku
Kau berhasil torehkan warna merah jambu dalam parasku, hingga merona kala ku
mengingatmu
Sementara waktu adalah hitungan sakral yang sadar terus berganti namun sadar
pula terus dinanti
Celah-celah kosong dalam dadaku terisi penuh kembang-kembang suka lalu aku
jabarkan dalam bentuk puisi kehidupan
Puisi kehidupan yang kembali beralaskan cita, cinta dan harapan dalam pangkuan
mesra Sang Maha Pemilik Tautan Asa
Bintang Yang
Terlepas, 24 Juni 2013
Dimana siang dan malam aku rapalkan do`a
Berharap dalam cemas dan suka
Akulah hanya aku
Yang telah padamkan rona kesumba dalam lagu asmara antara aku dan engkau
Seharusnya aku memetik asa karena temukan satu bintang yang kemudian kita
satukan dalam jalinan rasi hati yang sama
Oh namun sayang, aku nyatanya terlalu lemah kala bersabar hingga rasi bintang
yang terbentuk mudah untuk terlepas
Mengertikah wahai engkau?
Sejauh pangkuan waktu aku berlari....
Mencari..... dan tak ku temukan hasil yang pasti
Karena rasi bintang yang hanya satu aku miliki tak lagi berada dalam pandangan
tirani hati
Kini bagi engkau,
Cukuplah demikian adanya ketika; dua keping telingaku aku hadirkan untuk rekam
ungkapan harimu
Kini bagi aku,
Tidak cukup demikian adanya karena; sejuta harapan masihlah membumbung tinggi
tuk kembali satukan bintang hingga tercipta rasi indah dalam langit milik kita
*Ini puisi romantis pesannan teman hihihi*
Rahasia Siang
dan Malam, 25 Juni 2013
Guyonan lara beriak tembus haluan bisu sang pengharap yangabadi tidur dalam
buaian malam
Sadarkah engkau, bahwa ingin aku bunuh waktu
Agar rasa peningku terhadap sesuatu yang tak berkesudahancepat bertemu
batasnya
Dan menarilah nyamuk-nyamuk bewarna hitam-putih kelilingijutaan bimbang yang
menusuk ulu hati
Sadarkah engkau, bahwa ingin aku bunuh waktu
Meski siang dan malam aku sakralkan pujian do`a namunkobaran perang dalam
dada tidak padam dan berlalu
Haruskah aku beringsut kemudikan nafas yang berujung pada lubang ambigu
Tidakseperti itu harusnya,
Karena masihada matahari yang bersinar, burung-burung yang berkicau nyaring,
intinya masihada keindahan sebelum jutaan sesak selimuti jiwa
Inihanyalah tentang rahasia
Rahasia yangperlu kelapangan
Rahasiayang membutuhkan pengorbanan
Rahasiayang memiliki waktu untuk dimengerti
Bahwaberserah adalah pilihan terindah untuk damaikan gemuruh dada
Oh, 26 Juni 2013
Aku membasuh luka pada renik-renik keajaiban
Tak cepat sayatan air mata menghilang dari kelopak mata
Saat dengan santun kau anggap jiwamu paling mulia lepaskan separuh dari hati
yang aku titipkan
Perihal kemarin kau berdusta atau tidak, kini aku tahu puisi-puisi agungmu
hanyalah pemanis buatan yang menyulap mulutku untuk berkata; oh indahnya.
Aku anggap tatapanku terlalu dangkal tertuju padamu
Sinar X milikku nyatanya kalah oleh rayuan gombalismemu yang tak terpuji dan
mengandung bisa belerang dari kawah Merapi, mematikan.
Ah, namun tetaplah aku yang beruntung atas kuasa Tuhan yang memang berpihak
padaku
Aku lewati seluruh alur ilusimu dalam waktu 360 detik
Sangat cepat bukan? Tentu! karena hari esok adalah segalanya untuk aku rangkai
dalam memoar manis perjalanan keabadianku
Tidak
Berjudul, 26 Juni 2013
Selamat malam untukmu,
sudah sampai bait berapa kau tuliskan puisi untukku?
masih membeku layaknya malam dingin ini atau sarat
aksara karena diselimuti sunyi
hey, sedang aku telah hinggap di penghujung hari siap
menembus buana mimpi dengan tamannya yang indah oleh pelangi dan kupu-kupu
bercorak merah jambu
Narasi
Cinta 10, 27 Juni 2013
Kertas ular tangga membentang dihadapku,
Tidak hanya waktu kecil ternyata aku bermain diatasnya,
Sepertinya pencipta ular tangga adalah paranormal kelas
dunia,
yaaa karena hidup telah terpatri atas dua kemungkinan;
diatas dan dibawah.
Adalah cinta yang membuatnya semakin sempurna. Karena
cinta sering diperbincangkan sebagai topik utama pembawa suka dan duka.
Sekalipun tua renta, dapur mengepul mewah
namun hati miskin warna-warna cinta adalah sebuah lara.
Essh tenang dulu, para pemilik mahzab logika jangan
dulu berteriak; emang perut lapar bisa makan pake cinta??.
Intinya, cinta dan rezeki diseimbangkan seoptimal
mungkin. Tentu dengan prasyarat BERSYUKUR.
Sementara aku ini ingin hidup bahagia, menikmati
pergantian hari, lalu hanya satu kali denganmu aku sakralkan cinta dihadapan
Sang Kuasa. Setelah itu diatas sajadah kita tambatkan syukur dalam rukuk dan
sujud berjamaah.
Tidak
Berjudul, 29 Juni 2013
kepadanya siang,
matahari ingin bersyair tentang sapaan musim dibungalau
berbunga eros
menyusup dipelataran dahaga yang haus rasa kasih
ah memang hanya padaNya semua mengadu; meminta teduh
dikala panas
lain dari itu, panggilan rindu telah bersua mengguncang
rimbunan hati untuk menghadap cintaNya, pelukNya dan semua milikNya yang indah
Sabtu
Malam Ini (Pecah), 29 Juni 2013
Kamu yang hebat menyelinap di tepian hati paling transparanku
Layaknya disuguhkan cermin, parasmu berelok dan sekuat intuisi kamu samakan aku
dengannya yang telah lalu
Ini adalah puisi meranaku
Aku tulis ditengah gemericik badai cemburu
Hidupkan malaikat-malaikat berjubah merah untuk nyalakan sumbu api kenistaan
Kamu ber-ulah di malam ini, di Sabtu terakhir Juni
Pecahlah sudah kaca-kaca keyakinanku yang tergores alamat dari terkasih
Ah sayang, di bumi bagian mana aku tambatkan sejumput sesal ini
Sesal yang hadir bukan karena perkenalan dan perserikatan kita sebagai 2
kekasih namun sesal karena telah jauh kamu hidup direlung hatiku yang
transparan kemudian terpecah di pecahkan
Cantik, 29 Juni 2013
; wajahmu
di titik gerimis malam ini dalam balutan kain gading berrenda kuning dan
bersimpuh dihamparan sajadah hijau kau tersenyum melintasi jajaran aksara arab
dihadapku
parasmu yang manis
lakumu yang anggun
terpikat orang mengenangmu
adalah sebuah rahasia besar yang Tuhan simpan untuk kita ketika masa membawa
celah untuk bersua meski jauh kau dan aku tak pernah bertatap muka
kau yang syahdu,
mengisi relung hati dan fisik oleh KeEsaan Tuhan
sementara cintaNya memang banyak cara tercurah, termasuk dengan ku kini; kau
telurusi jejak angin kemudian mengenggam tanganku dan disuatu dermaga sesosok
yang indahnya serupai mentari pembawa kedamaian dari rasa dingin terbit dari
langit-langit asa
engkau, untuk bermimpi pun tidak aku bayangkan miliki kau sosok yang luar
biasa, namun inilah nyatanya tak ada lagi uraian lisan yang akan ditulisakan,
selain; Terimakasih untuk kebaikanmu, semoga Allah mengabulkan seluruh pinta
dan do'amu