Pages

Matamu

Rabu, 23 April 2014







Pada matamu aku ingin terlelap
Sebab beningnya tak lagi pantas untuk berkaca
Embun pagi hari yang menetes di dedaunan ada disana
Awan nan halus terhampar dipelupuknya
Juga heharumnya melati dimiliki
Lantas kemana lagi aku pergi?
Jika bukan ke matamu, kesudut-sudutnya yang tawarkan sejuta larik
Lebihi puisi asmara,
Sebab dimatamu pula cinta bermuara 

Salam cinta, 
untuk yang belum ada
Bunda malam ini Nak...

Obat Hati

Senin, 14 April 2014

mungkin ini angin yang paling mengiris

setelah sayatan datang tak terduga

sampai memerah luka yang ada

hingga diperlukan semacam antibiotik pemusnah infeksi

sementara apa yang diguna untuk menahan nyeri?

menarik nafas dalam dan keluarkan perlahan

namun jika pejaman mata membuat sayatan lebih menyayat

lebih baik membuka mata dan liat jalan yang masihlah panjang

dear,

obat dari semua adalah koping hati yang punya



*kampus, selesai TO

sendirian sambil nunggu Ceceu

Menitipkan masa depan pada-Mu

Kamis, 10 April 2014




Seringlah saya saksikan orang yang berhasil karna kerja keras
Pun sering pula kuping saya menangkap jika semua tergantung rezeki
Tuhan,
Benarkah saya terlampau egois nan idealis?
Sesampainya picingan mata menatap dengan tak biasa
Seluruh rahasia Kau yang simpan
Saya ingin tahu seperti apa yang Kau tak suka dan Kau suka
Terkhusus dalam hubungan dengan sesama
Sebab hamba ingin jadi makhluk terbaik-Mu

Tuhan,
Hidup di dunia adalah untuk menuai kebaikan
Hamba tak ingin sia-sia dalam bernafas dan berkedip di putaran waktu-Mu
Setiap detiknya....
Tunjukan hamba jalan yang lurus yang Kau ridhoi

PENULIS MUDA GARUT

Selasa, 08 April 2014



"Aaaaaah long time no see...."

Sore tadi menjadi sore yang penuh semangat bersama sahabat saya, senior saya di BWS (BookfrenzWritingSchool) dan penggagas Penulis Muda Garut. Dia, Gielang Setraa saya biasa memanggilnya Kang Gilang penulis muda Garut yang telah menerbitkan novel perdananya di tahun 2011 silam. Hampir 2 tahun lamanya kami tidak bertemu setelah sama-sama menghadiri grand loundching buku, Kang Gilang sebagai MC dan saya panitia dari BWS. Dia sibuk dengan pekerjaannya juga saya kuliah yang membuta jadwalnya membuat kami minim sekali komunikasi, selain say hello biasa padahal kami kalau bertemu bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk ngobrol itu ini. 

Berbeda dengan obrolan biasanya yang kebanyakan curhat hehe, sore tadi kami terlibat pembicaraan santai tapi serius. Menyamakan mimpi dan harapan di dunia tulis menulis. Visi misi untuk komunitas yang akan kami gerakan bersama, Penulis Muda Garut. 

Sebuah komunitas yang mewadahi siapapun yang menaruh minat terhadap dunia tulis-menulis. Yang bisa menulis, yang belum bisa menulis, yang sudah punya karya, yang baru pertama kali menulis, siapapun bisa bergabung di komunitas ini. 

Untuk tahap pertama, kami akan mengumpulkan premember sampai akhir April ini.
Tahap kedua, pertemuan pertama di bulan Mei. Tahap ini pengenalan dan penyamaan visi-misi anggota akan dilakukan. 

Lima tahun berteman saya cukup tahu bagaimana karakter Kang Gilang, seorang pemimpi yang pekerja keras, total untuk mencapai tujuan, rela bersusah-payah untuk tiba dipuncak. Orang-orang seperti dia lah yang patut saya jadikan cerminan untuk meraih cita-cita. 

Kami serius,
Saya bahagia dengan berkarya. 





Ketika Malaikat Menjemput

Minggu, 06 April 2014


“Ayana mah, sikembar sok ngiringan solat No”
“Wah hebat A :D”

Percakapan saya di akun facebook sekitar sebulan yang lalu. Betapa segala urusan hanya Allah yang berhak menentukan. Lelaki itu seorang ayah dari dua putri kembarnya, kami biasa memanggil mereka; Raka dan Rai. Keponakanku yang jarang sekali bertemu, terhitung hari raya idul fitri kemarin pertemuan terakhir kita. 

Menjadi pagi yang berharap hanya mimpi. Sebab Minggu subuh tadi, satu deringan telpon menanarkan air mata. 

                          “Halo No, Bapak nuju aya?”
                          “Nuju dijamban, aya naon Om?”
                “Wartoskeun ka Bapak, Rai putra A Zamzam ngantunkeun ayna nuju di rumahsakit keneh” 

****

Sejak bergelut di rumahsakit, sering saya lihat kematian menjemput didepan mata. Mengawal kepergian nyawa dari menurunnya tekanan darah, munculnya sesak berat, lantas lemah tak berdaya, hingga mereganglah nyawa itu terbang ke langit oleh malaikat yang menjemput. 

Di awal  gelegar getar terasa ketika memperlakukan sebentuk tubuh tak bernyawa sesuai tuntunan sunah Rosul. Membacakan kalimat istirja, menutup kelopak mata, merapatkan bibir mengikat dagu sampai kepala menggunakan perban, melipat tangan lalu meluruskan otot-otot kaki dan kembali mengikatnya. Berjalannya waktu hal yang demikian seolah bukan menjadi hal yang tak biasa. Namun di detik-detik itulah, terlihat betul kerja kerasa para petugas kesehatan. Dokter sampai perawat yang berlari-lari, berpeluh keringat saat melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru), komando-komando dokter pada perawat atau perawat dengan teman sejawatnya disamping itu keluarga pasien yang berharap, berjalan-jalan disekitar ruangan, memegang telpon guna menghubungi sanak saudaranya. 

Tetaplah.. Allah Maha Berkehendak, takdir Dia yang kuasa. Termasuk kepergian Rai yang mendahului kami semua keluarganya. Saya dengan hati perempuannya yang melankolis menerawang bagaimana perasaan Ibu Rai, mungkin beliau amat berharap ini hanya mimpi besok terbangun dan anak kembarnya kembali bersama meramaikan seisi rumah. Pun dengan Raka, apa yang akan Ibu Rai katakan jika kakaknya menanyakan keberadaan adiknya yang biasa bermain bersama. 

Rai... semoga menjadi tabungan kedua orangtunya di akhirat kelak. Ia yang belum terjamah dosa menjadi penolong orangtuanya di hari akhir. Allah telah menyiapkan malaikat untuk mendampingi singgasana Rai atau bidadari yang hangat dan halus perangainya sama dengan ibunya di dunia. 

Mungkin bukan belas kasihan dari orang-orang yang dapat mengeringkan sebersit luka di dada orangtua Rai tetapi do’a berisikan kesabaran yang ampuh menguatkan. Hidup terus berjalan... semua yang terjadi telah menjadi tulisan takdir... 

Semoga Aa dan Teteh orangtua Rai mampu melewati masa-masa ini.

Pemacu Semangat

Sabtu, 05 April 2014






Nak, Bunda sedang belajar memahami apa yang dimau dunia. Mungkin karna bumi berbentuk bulat lalu berputar mengitari porosnya dan kita yang hidup didalamnya terus bergerak menjalani alur yang ada, wajarlah jika kelak kau tumbuh besar merasakan kepala yang memusing, berkunang-kunang oleh satu dan hal lainnya yang memacu kerja seluruh rasa dan pikirmu. 

Anakku, apa yang akan kau perbuat? Jika lelah menyergap pembuluh nafasmu. Segera mencariku untuk berbagi kisah atau menyimpannya rapat dalam jeda rahasia. Oh Nak, perlu kau tanamkan ini jika hidup tak selalu mudah, jalanan menanjak seringkali datang tanpa kau perkirakan sebelumnya maka dari itu kau haruslah kuat dan Bunda kini tengah membiasakan diri untuk tak mudah menyerah, sebab apa... Bunda tak ingin pula melihat engkau kelak yang menangis karna  tak bisa kerjakan tugas, menjadi pemalas dan bergantung pada oranglain, terlebih sampai merugikan oranglain oleh sifat manja. 

Nak, jika kau ingin hidup manja... berdo’alah pada Tuhan sedari sekarang untuk tak lahir dari rahim Bunda, sebab akan Bunda gunakan waktu yang tepat untuk perlakukanmu, kapan Bunda menjadi ibu yang mengasuhmu, Bunda menjadi ibu guru yang mengajarimu dan Bunda menjadi sahabat yang mengerti isi hatimu. 

Nak, jika kelak kau merengek pada Bunda ingin dibelikan sesuatu... bersabarlah jika Bunda tak langsung belikannya untukmu, terlebih hal remeh temeh yang membuatmu melena hingga melupakan tugas utamamu di dunia yaitu beribadah pada Tuhan. Kau mungkin tak akan temukan baju-baju mini di lemarimu, tak akan dapati perhiasan berlebih di tubuhmu. Jika adzan berkumandang, riak ceriwis akan turut bersua dibibir Bunda, agar kau menyegerakan pergi ke mesjid atau berjamaah dengan Bunda. 

Anakku...
Kau satu dari impian besar Bunda,
Bunda tak akan membiarkamu kelak hidup susah maka dari itu harus Bunda usahakan sedari sekarang untuk bahagiakanmu tentu dengan syarat untuk bahagia perlulah pengorbanan dan kerja keras.

Meski sekarang kau masing diangan namun keyakinan hadirmu kelak menjadi pemacu semangat. 

Salam tersayang untukmu,
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS