Pages

Menikah ~ Ibadah Sepanjang Usia

Selasa, 01 September 2015

Bismillah...

Tidak terasa sudah dua minggu usia pernikahan kami meski kata suami, "Gak usah dihitung, Mi..." "Kenapa gitu Bi? karena selamanya yaa..." hihi namanya perempuan asyik aja nanda-nandain hari apalagi setelah menikah setiap hari rasanya ditunggu buat ketemu haiiiih, pasutri LDR mah kieu :D.

Betewe, udah ngomongin nikah aja, emang kapan kamu, No nikah? gak ada kabarnya sekaligus gak ada bisik-bisik tetangga di blog ini. Wkwk, demi menjaga kerahasiaan agar tidak timbul fitnah, keluarga besar pun baru tahu beberapa hari menjelang pernikahan, teman-teman tahunya pas saya kasih pengumuman *Ceileeeeh emang siapa dirimu itu No?!. Oke-oke kabuur*.

Tanggal 16 Agustus 2015, saya dipersunting lelaki yang InsyaAllah sholih, lelaki yang selama ini saya sebut-sebut dalam doa di tengah kepasrahan, siapa gerangan jodoh yang Allah takdirkan untuk arungi hidup denganku, membangun rumah tangga dengan visi misi bersama. Lelaki yang sama sekali tidak saya kenal, belum pernah bertemu dalam aktivitas apapun kecuali mungkin pernah tapi tidak saling menyadari, aku dimana... dia dimana... *pake lagunya Ran*. Kami bertemu dua kali, sementara pada pertemuan ke tiga saya duduk sebagai calon mempelai perempuan. Pukul 09.00 bertempat di kediamana saya, Sanding lebak dia datang bersama rombongan keluarganya untuk mempersunting saya. Kami mempersiapkan walimahtul ursy ini dalam waktu satu minggu dengan keadaan saya yang di Bogor, beliau dan keluarga di Garut. Bahkan satu hari menjelang pernikahan saya masih bekerja di Bogor dan baru sampai ke Garut jam 11 malam, esoknya pernikahan terselenggara. Tapi... segala puji bagi Allah yang telah memudahkan niat kami ini, ibadah yang berjalan sepanjang usia. Saya ingat saat menunggu Bapak menjemput di terminal, saya ngobrol dengan bapak-bapak yang menunggu anaknya pulang, setelah panjang lebar si bapak bertenya "Neng, sudah berkeluarga?" saya jawab "InsyaAllah besok saya nikah, Pak...." si bapak itu terbelalak. Hihihi.

Setelah semuanya berjalan, saya setuju dengan ucapan orang-orang jika niat baik InsyaAllah jalannya mudah, satu minggu yang penuh pakpukpek itu baik keluarga maupun beliau (red:suami sekarang) diberi kemudahan oleh Allah, dimulai dari daftar KUA yang hanya berjarak tiga hari, baju penganten yang dijahit cuma 2 hari, hubungi sanak saudara, sesepuh tempat tinggal, persiapan di pihak lelaki terkait mahar dll, jamuan tamu masak memasak. Semua Allah permudah.

Hiks, udah jam lima waktunya pulang kerja, karna saya posting ini pake komputer kantor cerita dilanjut esok, okraaay!.

Pagiiii, tanggal satu di September ceria. Aamiin. Saya mau lanjut cerita, tapi jadi bingung mau nulis apa. Ouwaaa, mungkin sebagian dari kesadaranku masih merasa tidak percaya jika sekarang statusku menjadi seorang istri dan di Garut sana ada lelaki yang setia menghubungi, pagi, siang, malam untuk bertanya kabar, mengingatkan sholat, dan note-note keseharian. Syukur Alhamdulillah.... Allah pertemukan saya dengan lelaki yang terjaga aktivitas ibadahnya, rutinitas dan terjadwal, tidak perlu lah saya ingatkan dan berseru-seru agar suami pergi ke mesjid sebab saya malah dibangungkannya karna ketiduran di mesjid saat kami menunggu waktu syuruq.

*

Menjalani pernikahan tanpa perasaan, ternyata tidak menyeramkan namun justru nikmat rasanya. Sebab hati terjaga dari radar zina, setelah menikah perasaan tumbuh bermekaran seperti bunga di musim semi yang pernuh warna *ceuilaaaah*. Percaya deh, mending nikah daripada cinta-cintaan tapi boongan, cinta-cintaan yang gak diakui KUA apalagi Tuhan. Perasaan digenggam tangan pertama kali oleh suami, lelaki yang halal bagi diri rasanya zzzrrrrr banget, memangilnya dengan sebutan "Sayang...." pahala sudah didapat, apalagi  jadi istri taat yang membahagiakan hatinya *Yap InsyaAllah berjuang!*. Surga seolah dekat.

Oh ya, saya pun teringat betapa lapang hati orangtua saya menerima keputusan saya yang  ingin melangsungkan akad nikah, setelah banyak pengorbanan yang mereka berikan di usia muda saya putuskan untuk mengakhiri masa lajang padahal pengorbanan mereka begitu besar untuk kehidupan saya yang belum saya genapi untuk membalasnya. Hatur nuhun Mamah...Bapak... MasyaAllah kedah kumaha abdi ngalawer sadayana mugia Allah maparin surga kanggo Mamah Bapak....

*

Last, sedikit foto acara pernikahan kemarin,

saya dan suami

sahabat-sahabat :*


surat lepas lajang

Jazakillah khoir untuk orangtua dan keluarga, Bi Rani dan Bi Ati baju pengantinnya, Mah Aas yang ngerias, Intan Kiki Ulfah yang nata kerudung, untuk semua doa yang mengiringi perjalanan kami, tangga baru kehidupan sudah saya buka untuk ditapaki, saya percayakan hidup saya dan hidup anak-anak saya pada lelaki yang ada di samping saya lelaki yang InsyaAllah baik agamanya, terjaga hati dan pandangannya, sebab jika bukan karna tujuan kita yang sama, kita tidak akan mungkin bersatu, Bi... semoga dengan pernikahan ini mampu membawa kebaikan untuk dakwah kita. Beberapa bulan ke depan InsyaAllah kami akan menyelenggerekan syukuran pernikahan semoga Allah mempermudah.

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS