Pages

Awal semua cerita... PPS!

Sabtu, 30 Agustus 2014



;Tulisan ini dibuat untuk menyambut mahasiswa baru yang baru selesai PPS (Pengenalan Program Studi). 

Dear,
Perkenalkan nama saya Retno, selama ini akrab dipanggil Eno. Kamu yang baru selesai PPS mungkin gak akan tahu saya seperti apa, hhm ya dong! Kamu masuk jadi mahasiswa besok-besok saya bareng temen-temen angkatan XVII keluar, lepas dari status mahasiswa. Sekarang kamu selesai PPS, kita wisuda horeeee :D. 

Beberapa hari yang lalu sehari sebelum PPS saya lihat kursi-kursi mulai dipersiapkan untuk kamu, saya nanya ke temen “ada apa ini?” jawab temen “besok PPS!”. Haaaah PPS? Saya rasa atmosfernya beda banget. Siangnya saya ketemu Angga, nah kalau Angga ini kamu pasti akan tahu, semua gak akan ada deh yang gak kenal sama Angga ini.... secara ketua BEM. Kita ngobrol-ngobrol, saya kepo PPS sekarang, Angga juga kayanya curhat dikit haha. Angga bilang “kita udah ngusahain Teh, ke ketua STIKes sampai yayasan!”. Saya manggut-manggut sekaligus penasaran sekali akan seperti apa PPS tahun ini. 

Hey! kamu yang mungkin kita gak akan pernah ketemu langsung mungkin kamu tertarik dengan link yang saya share di pagenya STIKes, yayaya saya memang sengaja share tulisan ini, nanti kamu akan baca bagaimana pengalaman saya sendiri sebagai peserta PPS di tahun 2011 dan panitia PPS tahun 2012 serta panitia pembimbing PPS 2013.  

*

Tahun 2011. 

Hari itu hari Senin, saya masih ingat betul bahkan warna baju yang saya pakai pun masih sangat ingat. Saya pergi ke kampus STIKes, waktu itu kampus DIII masih di kampus yang dulu, Jalan Subyadinata. Saya diundang panitia untuk menghadiri persiapan Pra PPS. Kamu tahu gak? Sebelum PPS saya dulu ngejalanin Pra PPS, total Pra dan PPS sejumlah 7 hari full. Di persiapan PPS, kerongkongan saya tercekat abisss... karena panitia menerapkan aturan yang rasanya kalau gak kuat mental ingin batalin aja deh jadi mahasiswa kesehatan!. Perlengkapan yang itu ini; hula-hula rapia, topi dari corong minyak tanah, foto mumi, selendang, makanan yang banyaaaak juga susah nyarinya, sampai besoknya harus dateng jam 4 subuh. Bayangin jam 4 subuh harus ada di kampus, setelah semalamnya persiapan yang extra aduhai cape banget. Tiba di kampus, kakak tingkat miliki otoritasnya sendiri, biasalah anak baru yang lagi orientasi dikerjain-kerjain dikit... selebihnya kamu yang punya kenalan kakak tingkat tanyain sendiri deh gimana kesan selama pra dan PPS. 


PPS tahun 2011 itu kebetulan sekali saya dipercaya jadi Ibu Lurah, kalau ada apa-apa sering sekali saya dipanggil ke depan baik untuk hukuman atau kakak tingkat yang nanya “Bu lurahnya mana? Maju ke depan Bu Lurah!” “Bu Lurah perlengkapannya kenapa gak lengkap? Temennya juga ada yang gak lengkap? Harus gimana ini Bu Lurah?! Maju ke depan!” “Bu Lurah gimana yel-yelnya?!” “Bu Lurah panitia yang ini baik atau enggak?”. Di PPS mental benar-benar diuji, pernah ada peserta PPS yang keberatan namun berkali-kali pula panitia mengingatkan “saat kamu terjun ke rumahsakit nanti PPS ini gak ada apa-apanya!”. Tapi emang betul loh, PPS gak ada apa-apanya dibanding saat terjun ke rumahsakit. Perawat yang kadang jutek, keluarga pasien yang bak penguasa, pasien yang itu-ini, apalagi kalau dines di UGD woooow sigapnya kita dituntut sekali bayangkan pasien yang membeludak penanganan harus segera perawat yang kadang nyuruhnya gak lihat kita sedang ada, atau dines di ruang OKA (operasi) kaki akan berdiri full dari mulai operasi jam 8 pagi sampai 12 siang, 4 jam ngejanteng!, atau juga dines di ruang VK ketemu bidan-bidan... uwiiiih teriakan kakak tingkat waktu PPS mah gak ada apa-apanya di banding teriakan mereka “Eneeeeeeeng......”. Belum lagi mahasiswa keperawatan itu pacarannya sama ASKEP (Asuhan Keperawatan), bocoran dari sekarang aja yaa buat kamu, ASKEP itu dokumentasi kasus dari pertama kamu nulis identitas pasien, riwayat penyakit, pemeriksaan rambut sampai kaki, daily living misalnya kebiasaan makan pasien di rumah gimana – di rumah sakit gimana, BAKnya di rumah gimana – di rumah sakit gimana, tidurnya, kebersihannya, terus diagnosa keperawatannya yang harus mikirin dulu pathway, data objektif – data subjektif. ASKEP itu biasanya menghabiskan 4 kertas polio bolak-balik, ngerjainnya di tulis tangan gak ada acara copy paste dari internet. Udah gitu selesai kamu nulis ASKEP, kamu harus mendapatkan 4 tanda-tangan dari CI rumahsakit, Pembimbing Akademik, Penilai dan Kordinator. Nah, untuk mendapatkan 4 tanda tangan ini gak semuanya berjalan mulusss, jangan harap kamu nyodorin kertas polio terus mereka langsung ngasih tanda tangan, gak gitu Gaes!!!. Nanti salah satu dari mereka akan baca ASKEP dari awal nulis judul sampai lembar terakhir, kalau ada yang gak tepat siap-siap lapangin dada nerima kertas yang penuh tulisan tangan itu dicorat-coret, terus kamu juga bakan dicercer pertanyaan apalagi untuk tingkat satu, saran saya kuasain betul materi pemeriksaan fisik, KDM, apa-apa aja yang ada dalam ASKEP tahap penulisannya dll. 

*

Untuk siapapun PPS berikan pengalaman yang susah dilupain, waktu saya jadi panitia pun begitu peserta PPS banyak yang ngeluh eeeh tapi sekarang bagi mereka adik-adik tingkat,  jadi mahasiswa DIII Keperawatan gak lengkap kalau gak ngerasain tradisi PPS-nya kita.
Tapi yah... apa boleh dibuat dan dikata, seperti yang Angga bilang “Kita udah ngusahain!”, pihak kampus punya pertimbangan sendiri yang menurut mereka baik. Baik untuk peserta PPS, baik untuk kampusnya sendiri, mungkiiiin baik juga untuk panitia yang tenang telinganya dari serbuan senior hihihi. 

Ah, kalau boleh angkat bicara tentang tradisi PPS, tahun lalu selesai PPS 2013 saya dan teman-teman dari KEMA (Keluarga Mahasiswa) sempat ngobrol serius tentang tradisi PPS-nya kami. Positif dan negatif pasti akan selalu ada. Tapi wooow! Kampus extrem sekali ternyata mengambil alih kepanitiaan PPS dari awalnya mahasiswa menjadi oleh dosen. Jujur terkejut juga sangat malah, kabarnya panitia mahasiswa gimana? Ngalamin ngajuin proposal PPS enggak? Kalau enggak tenang masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan, kan ada KEMA tuh buat acara aja di KEMA ;). 

*

PPS ini sebagai pembuka, nanti saya akan share juga pengalaman di KEMA, soalnya KEMA itu menjadi bagian istimewa selama jadi mahasiswa DIII Keperawatan. Dan... saya dan teman-teman tentunya ingin terus KEMA jaya. 

Oke, selamat malam, selamat beristirahat, selamat masuk di Karsa Husada khususnya prodi DIII Keperawatan mulai Senin besok 24 jam harimu akan bergelut dengan kuliah-rumah sakit dan ASKEP so jangan cengeng ya :P, selamat melewatinya, sukses juga, dan do’akan saya ya semoga cepat dapat kerja hihihi. 

Salam sayang dari yang belum bertemu kalian :).

Murni Cinta-Nya

Selasa, 26 Agustus 2014





Semurni cinta dari dalamnya bathiniah
Setulus nikmat dari pemilik nafas
Dzat yang tak ada ragu dari-Nya
Cinta, yang benar-benar cinta atas seluruh kasih bagi seonggok daging berlumur dosa
Kekasih,
Kau beri diri sekian banyak kesempatan
Satu diantaranya sholat
Berulang lima waktu sehari – semalam
Takbir.. agungkan kebesaran Engkau
Lafalkan do’a dari rukuk hingga tahiat akhir
Kekasih,
Kau curahkan penyejuk dari kegersangan
Kau limpahkan nikmat dari kekurangan
Kau beri jawaban dari tanda tanya besar;
Dari mana muasal hidup, untuk apa hidup, akan dibawa ke mana hidup dan apa yang sudah disiapkan untuk hidup?
Kekasih,
Kelalaian dan kesiaan laku ku lampah
Namun cinta kasih Engkau tak sedikitpun berkurang ku rasa
Engkau hadir dalam ketenangan bathin
Kuatkan langkah ini, tunjukan jalan yang senantiasa Kau ridhoi, selamatkan diri dari siksa dunia dan akhirat
Pertemukan juga dekatkan diri dengan sejawat yang takwa pada-Mu, takut siksa-Mu, percaya hari akhir kan tiba suatu saat kelak

Go... IREMA!

Jumat, 22 Agustus 2014



Bismillahirahmanirrahim... 

Dear,
Saya merasa waktu cepat sekali berjalan. Hari ke hari, minggu ke minggu.. merasa baru kemarin Ramadhan kemudian hari raya sekarang masih bulan Syawal tapi beberapa perubahan mulai terasa. 

Agenda bersama teman-teman IREMA dari pesantren Ramadhan, silaturahmi orangtua dan alumni IREMA dengan IREMA Al-Amin Allhamdulilah berhasil diadakan, masuk ke acara 17-an kami sama-sama melaksanakan, sekarang satu per satu anggota IREMA kembali ke kesibukan masing-masing ditandai dengan mulai berjalannya jadwal perkuliahan. Beberapa hari yang lalu Fajar berangkat ke Tasikmalaya dia sekolah di Universitas Siliwangi jadi mahasiswa baru di sana, hari ini Opa perpisahan sama anak-anak soalnya besok kembali pulang ke Solo masa liburannya selesai, beberapa hari ke depan juga Ira dia masuk tingkat akhir di UIN Bandung mulai mau berkutat sama skripsinya. 

Kembali, 

Saya bayangkan madrasah yang hanya ada saya, Aji juga Mega. Hhm... Mega, dia juga baru masuk SMK Farmasi anak SMA baru, dunia yang baru, adaptasi yang baru sedikit banyak porsi kosentrasinya terfokus ke sekolah... dulu menghadapi ini semua saya sempat limbung, saya sendiri kalau kerja bagaimana? Apalagi pekerjaan saya tidak setiap harinya pagi sampai siang pasti ada waktunya shiff siang ke malam, belum lagi kalau jodohnya dapat pekerjaan di luar kota, anak-anak gimana??? Dilimpahkan ke Bu Saodah beliau sudah cukup banyak di mesjid belum lagi malamnya ba’da Isya giliran ngajar IREMA. Ditambah rencana Aji yang September besok mulai daftar lagi ke TNInya. Makin pusinglah... anak-anak gimana? Padahal mereka sedang semangat-semangatnya, DKM, sesepuh mesjid, RW, orangtua santripun saya rasa dukungan mereka sedang besar-besarnya. Membangun kepercayaan bukan hal mudah, saya sendiri gak mau tiba-tiba IREMA kembali sepi tidak ada gaungnya di kampung. 

Mengatasi hal ini sempat pula meminta pendapat dari alumni IREMA, seorang alumni berkata “IREMA gak ada, mesjid sepi, Sanding hancur!” kata-kata itu melekat di ingatan kami membayangkan bagaimana nanti anak-anak sedangkan banyak di antara mereka yang sekarang masuk SMP, pergaulan remaja awal bila tidak diimbangi dengan pendidikan agama membuat ketakutan kami besar. Kemudian alumni IREMA yang lain juga pernah menguatkan “Bukan mesjid yang butuh kita, tapi kita yang sebenarnya butuh mesjid”. Menuliskan ini saya jadi terharu ingat dulu waktu kecilpun saya belajar ngaji oleh para alumni itu, Aa-Aa yang sekarang sudah berkeluarga bahkan punya anak lebih dari satu tapi saat tiba giliran kami IREMA angkatan ini meneruskan, para alumni meski tinggal berjauhan tetap menjaga komunikasi, bila pulang ke Garut menyempatkan waktu bertemu untuk sharing berbagi pengalaman juga saling menguatkan, apalagi bila IREMA butuh bantuan tidak segan-segan mereka korbankan materil untuk membantu kami. 

Hhm... kebersamaan yang indah bukan?. 

Baik, namun Allah Maha Baik... rencana yang Allah siapkan bagi tak pernah terhitung dalam jangkauan kami. Menghadapi anak-anak juga tujuan yang ingin terus berjalan, hati harus bermain... bayangkan, remaja di Sanding ini banyak-banyaaaak sekali bahkan saat membuat undangan silaturahmi dari dua RW tercatat 80 remaja di Sanding dari jenjang pendidikan kelas 3 SMP sampai lulus SMA dari 80 remaja tersebut Allhamdulilah beberapa remaja Allah jadikan solusi dari masalah kami. Ada beberapa remaja perempuan yang tergerak hatinya. Juga ada Annisa, Allah hadirkan Annisa di antara kami, usia Annisa yang sudah masuki usia 20, keshalehan dia, karakternya yang kalem, bertanggung jawab, menjadi angin segar. Bagi saya pribadi untuk sebuah organisasi harus ada seorang yang mampu dituakan, kata-kata yang keluar dari mulutnya saat berbicara di depan forum adalah keputusan dan kepastian, juga mampu menjadi penengah bagi anggotanya. Annisa, bila esok atau tiba waktunya perhatian saya terbagi besar rasanya hati mulai tenang. 

Annisa dan Aji, ada mereka... harapan saya, Ira, Ikbal, Gilar, Opa, Mega, Puput, Sopi, Desi tertuju pada mereka. Juga IREMA baru yang InsyaAllah akan disahkan, habis ini saya sendiri mungkin tidak masuk keanggotaan, wakil ketua jabatan terakhir yang dilepaskan tahun ini.
Semoga... tujuan IREMA berjalan tahap demi tahap, dikokohkan oleh Allah hati-hatinya, dibersamakan dalam meraih kebaikan bersama, tetap kuat meski sentilan angin kadang datang tak sesuai dengan hati, anak-anak juga semakin sholeh. 

Khusus untuk teman-teman... 

Fajar pulang ke Sanding jadi ahli Geografi, Opa pulang ke Sanding sudah tahfidz Qur’an, Ira skripsinya lancar, Gilar betah dipekerjaannya, Ikbal dan Teh Abel cepet nikah. 

Kelancaran, keselamatan, perlindungan Allah semoga tercurah. 

minus Gilar formasi lengkap sama Bu Saodah juga

Kaki - Melangkah

Rabu, 20 Agustus 2014






Abaikan kaki berkaos itu,
Yang perlu kamu tahu duku kita bahagia seperti kaki-kaki polos ini,
Langkah tak kalah oleh sengatan matahari
Biar legam warna kulit tak jadi masalah
Pun nyali tak mengerut lewati genang air hujan
Berbondong-bondong pergi dan pulang sekolah
Diselingi tawa sumringah juga jahilnya teman lelaki
Yang dibalas monyongan bibir kemudian teman-teman perempuan mengerumini, simpati
*
Tapi kamu harus ingat,
Kala itu kamu bahagia bukan?
Menjelang remaja bahkan dewasa
Langkah kaki mulai diatur sedemikian rupa,
Kaki bukan hanya untuk berjalan namun lebih dari itu....
Kaki sebagai simbol arah tujuan, penentu keputusan
Dan secara fisik juga untuk sebagian orang kaki berubah menjadi cantik oleh body lotion juga perawatan salon
Untuk apa?
Mungkin untuk mencari bahagia
Masih bagi sebagian orang kaki pun menjadi cara raih keselamatan
*
Dear,
Akhir-akhir ini aku seperti sedang membandingkan duniaku dengan dunianya anak-anak
Bukan hanya senyum di bibir-bibir mereka yang ku nikmati bahkan kakipun aku telisiki
Jika edukasi sesuai tingkat pendidikan, orang dewasa jelas lampaui anak-anak,
Kecerdasan emosional dalam pecahkan masalah sesuai usia mungkin pula lebihi anak-anak
Tapi menurutkan tetap ada yang berharga dari kaki-kaki mungil nan ringan itu;
Tak kenal lelah dan tak terlalu pikirkan hasil akhir,
Berjalan apa adanya....
Bersinar seperti cahaya matahari
Mengalir seperti air hujan
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS