Pages

Luarrrr Biaza!

Minggu, 14 April 2013



Bismillah...

Assalamualaikum, selamat minggu sore :D

Gimana weekendnya? semoga luar biasa happy ya ;)

Sekarang saya mau cerita yang sebenarnya sudah saya niatkan dari minggu kemarin tapi karena satu dan lain hal, pending-pending terus deh. Cerita ini kelajutkan dari BAPAK luar biasa yang saya posting sebelumnya. Oke, cekidot.

Seperti biasa, hari Sabtu jadwal saya dinas di RS. Dari siang hujan gak berenti pokoknya dinas saya kali itu special moment deh, kenapa? yaaa karena hujan, pasien lumayan buanyak dan teman-teman ngobrolin kejadian horor di RS. Wesh, kalau ada petir nih terus cerita lagi seri-serunya pasti pada teriak gak jelas. Hujan tambah deras, petir sesekali muncul, cerita horor makin nambah; pengalaman yang ini pengalaman yang itu wualaaaaah Ayat Kursi juga sudah mulai keluar deh. 

Tik...Tuk...Tuk-Tuk, apa tuh! hehe denting jam yang saya buat asal :D. Yes jam 21.00 waktunya pulang esh tapi hujan gak memberi ampun malah tambah deras. Saya urungkan niat saya menghubungi Mamah agar Bapak menjemput. Ih kayanya hujan gini terus saya minta pulang kok jatuhnya jadi anak nista banget -,- oke-oke saya tunggu sampai jam 21.30, buset suer itu hujan belum berhenti juga :O. Disini saya mulai bingung, Kiky sudah pergi duluan katanya mau pulang ke rumah sebrang rumah sakitnya saja, tinggal nyebrang sampai deh. Sementara Rani, tunangannya sudah stanby di depan RS. Beberapa kali Rani merajuk agar saya ikut bersama mereka, oke deh saya telfon Mamah dulu supaya Bapak jangan jemput.

Nah disini....

Kata Mamah, Bapak sudah jemput dari setengah jam yang lalu. HAH! setelah cipika-cipiki dengan Rani pergi lah saya ke gerbang RS dan ternyata benar Bapak ada, beliau sedang duduk di kursi kayu milik Emang Cuanki.

“Kenapa gak telfon?” Tanyanya saat pertama kali menyadari keberadaan saya.
“Hehehee” Cengengesan gak jelas jawaban saya.

Duk! saya duduk disampingnya dan ternyata disamping saya juga duduk kakak tingkat, kita saling senyum kemudian sibuk masing-masing.

“Hayu Pak!”
“Hujan keneh, sakedap deui” (Translet= Masih hujan, sebentar lagi)
“No, laan sapatuna kanu keresekeun yeuh anggo sendal Bapak” (Translet= No, lepas sepatunya masukin ke keresek, nih pakai sendal Bapak)

Saya girang, saya setuju. Cepat saya buka sepatu dan memasukannya ke dalam kantong kresek pemberian Emang Cuanki yang baik hati. Yaiyalaaah, besok ada acara di kampus masa pakai sepatu basah pikir saya. Sementara Kakak Tingkat yang duduk di samping saya ternyata memperhatikan kami dengan keningnya yang berkerut dia berkata.

“Neng, kasian Bapaknya....”
“Enggak apa-apa Teh, kan pake motor” Jawab saya cuek tanpa perasaan bersalah.

5 menit kemudian...

“Hayu, pake payung yang mana?”

LOH PAYUNG? Saya celingukan.

“Masa hujan gini naik motor, tuh 2 payung piling nu mana?”

Heh! saya telan ludah.

“Teu janten Pak, abdi nganggo sapatu deui we” (Translet= Gak jadi Pak, saya pakai sepatu lagi saja)

Subhanallah, disana jujur hati saya lemas. Bapak baik banget.... sudah nunggu saya lama, hujan-hujanan dari rumah ke rumah sakit, sekarang nawarin jalan kaki tanpa alas demi sepatu saya supaya gak basah. I LOVE YOU SO MUCH :*

Jadi Pak, kalau Eno minta nikah sekarang bakal dikabulin juga gak?

Jodoh kan gak tau datengnya.... *hohoho

Diatas cerita Bapak yang LUAR BIASA. Sekarang biar langsung, saya mau cerita tentang guru Agama SMA saya dulu. Tahun kemarin saya sudah tulisin ceritanya disini, kisah awal-awal saya berhijab.

Nah, sekarang tepat hari ini saya kembali bertemu dengan beliau di dalam kajian ilmu islam. Ya, kegiatan kerohanian dari kampus yang ternyata mengundang beliau sebagai pematerinya. Karena, dalam kegiatan ini saya bukan panitia jadi saya tidak tahu apa-apa melainkan cukup hadir sebagai peserta.

Setelah menunggu sebentar, karena saya datang telat 1 jam dan acarapun sama molor 1 jam. Hihihi saya bersyukur karena tidak ketinggalan ;P. Oke duduk damai, tarik nafas.... tiba-tiba Pak Asep Ridwan kok ada di depan sedang mempersiapkan slide shownya, saya bingung dan tanya ke Annida kebetulan dia putri beliau.

“Ayah Annida?” Tanya saya berbinar.
“Iya”

MC menyerahkan kepada moderator untuk memimpin acara kemudian melangkahlah lelaki bersahaja yang saya favoritkan itu untuk berdiri di depan. Pak Asep Ridwan menyapa para peserta dengan energinya yang khas. Kemudian dia bertanya “Adakah alumnus SMAN 1 Garut?”.
Sontak saya mengacungkan tangan dengan penuh semangat “Ada Pak!”

“Allhamdulilah, Anakku.....” Ujarnya kemudian dengan senyumnya dan dengan acungan kedua jempol seperti biasa.

Pak Asep Ridwan, betapa hidayah adalah milik Allah semata dan saya amat beruntung mendapatkannya secepat ini.....

Semoga diistiqomahkan dan terus berkembang menuju kebaikan yang lebih baik. Aamiin.

Bapak dan Pak Ridwan, keduanya luarrrrr biaza!

Bunda Pertiwi

Kamis, 11 April 2013


Sahabat, tahu kan engkau?
Jika bunda pertiwi ini dirundung duka..
Duka menganga yang hujamannya laksana belati
Menusuk dengan goresan dalam
Tanya aku sahabat, mengapa?!
Kau tengok saudara kita, adik dan kakak kita disana....
Diujung jalan tengadah tangan mereka terbuka
Berharap kepingan receh bermukim tuk hidup yang tak secerah mentari
Lantas, tuli kah telinga kita mendengar senandung parau nyanyian mereka yang eluhkan egoisme zaman
Cukup peka kah hatimu sahabat untuk menghapus air mata bunda pertiwi?
Jangan bayangkan pahit getir para pejuang Negeri ini untuk kemerdekaan karena itu semakin menohok naluri kemanusiaan
Lapangkan pandang keilmuanmu sahabat agar Negeri ini tak terkoyak idealisme perusak moral
Agar bunda pertiwi tersenyum melihatmu kibarkan merah putih di dada dan pengisi dunia tahu jika Indonesia kokoh untuk berdiri dengan tunasnya yang peduli
Sahabat, gebang kita terbuka....
Tumpahkan syukurmu atas karunia Sang Maha Esa karena disini kita bersama memacu waktu tuk menggapai kemuliaan hidup atas warisan ilmu yang tak habis direngkuh masa
Selamat melangkah dan selamat berjuang!
Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk sesamanya.

Kartul Oh Kartul Boncy!

Sabtu, 06 April 2013



 Bismillah,

Assalamualaikum, selamat hari Sabtu ya :D.

Sekarang saya mau sedikit cerita tentang KARTUL part I. Oke, jadi Maret kemarin saya dapat telfon dari Pak Gingin beliau bidang kemahasiswaan di kampus. Isi telfonnya kurang lebih anjuran untuk mengikuti lomba karya tulis yang diadakan oleh DIKTI. Tanpa menunggu pertimbangan siap atau tidak beliau langsung minta saya untuk segera mempersiapkan dari sekarang. Nah loh?

Ide awal muncul lah, oke gak apa-apa saya maju toh ada adik tingkat saya yang namanya Arif, kita dulu satu sekolah di SMA jadi untuk membentuk kelompok dan pembagian kerjanya lebih mudah. Pertama, karena satu alumnus dimana soal kartul sudah mendarah gading di SMA kami itu. Kedua, masalah waktu. Saya yang mengambil program pendidikan jenjang D3 Keperawatan dan Arif S1 Keperawatan akan memudahkan untuk saling memanfaatkan waktu luang kami karena jujur D3 untuk urusan akademik jauh lebih menyita waktu.

Tapi.....

Setelah kami menentukan tema yang akan diambil tiba-tiba saya di mendapat kenyataan yang 
 cukup membuat kepala keleyengan.

“Lomba itu untuk masing-masing prodi Retno, gak bisa D3 dan S1 cari teman yang lain aja”
Oke ngerti! ini bukan SMA, kami satu yayasan tapi tetap berbeda.

Disana saya stuck! sempat berfikir mengajak teman dari D3 bahkan Intan sudah saya ajak ngobrol tapi setelah saya pertimbangkan lagi takutnya malah menganggu kosentrasi perkuliahan Intan atau yang lainnya.

Sementara saya sendiri soal kosentrasi dan fokusing sih kayanya udah agak tebal muka hehee.

Waktu itu, Bu Dewi yang minta saya lebih bisa membagi waktu agak fokus saya ke mata kuliah baik. Sekarang, Pak Ridwan beliau Pembimbing Akademik yang setiap minggu kami bertatap muka untuk konsultasi asuhan keperawatan dengan tenang dan tegas lagi-lagi permintaan untuk fokus meluncur. Kemudian, rasa iba pun tidak kalah keluar dari mulut Pak Gingin ucapnya kasihan Retno terlalu sibuk dan banyak fikiran.

Hhmmmfuuuuh, mengehla nafas!

Sekarang saya rinci jadwal harian saya dari Senin-Minggu.
Senin = Kerjain Askep
Selasa = Responsi ke CI RS
Rabu = Responsi ke Pembimbing Akademik
Kamis = Responsi ke Penilai
Jum`at = Dines di RSU
Sabtu = Dines di RSU
Minggu = Rapat organisasi dan Holaqoh

Askep memang menyita waktu sekali belum lagi ditambah tugas-tugas seminar dll plus perjalanan dari kampus ke RS dari RS ke kampus. Saya kaya orang super duper sibuk aja, satu minggu berjalan gak kerasa sama sekali.

Jadi fikir saya, lebih baik kerja sendiri aja dari pada kosentrasi orang lain terganggu.

Dan, tadi saya bertemu dosen pembimbing Kartul. Beliau, Dr Dian dengan beberapa pencerahan akhirnya saya bulat untuk terus maju dengan solusi untuk mengatasi waktu yang ditawarkannya.

“Kurangin main dan istrahat”
“Saya jarang main Pak”
“Kalau gitu kurangin istirahat Retno!”
“Oh gitu ya Pak”

Sukses saya nyengir dan beliau berlalu kembali masuk kelas. 

Bismillah....

Novel, Penilai dan Bapak Luar Biasa!

Selasa, 02 April 2013






Bismillah...
Assalamualaikum, selamat 2 April ya :D

Emang ada apa di 2 April? hehe gak ada apa-apa juga sih cuma hari ini kali pertama saya gak masuk 1 mata kuliah selama di semester 4 ini.

Alasannya kenapa Eno?

Simple. Tadi saya bangun kesiangan.

Jaaaaah cewek jelek banget bangun kesiangan.

Ups saya bangun kesiangan yang berkualitas.

Iya berkualitas karena semalam suntuk saya baca novel, ini bukan novel biasa makanya saya rela tidur jam 3 subuh. Tapi bukan cuma baca novel aja sih ½ dari malamnya saya kerjain ASKEP.

Tapi usut punya usut tadi saya dibilangin sakit sama Kiky termasuk Bu Dewi yang ngabsenin walhasil pertanyaan teman-teman menjurus pada saya. Yang katanya sakit kok sekarang nongol. Hehehe sakit sih enggak tapi NGANTUK iya banget.

Dan untuk malam ini juga kayanya saya harus begadang lagi.

Untuk apa Eno?

Tenang! bukan buat baca novel tapi ngapalin ASKEP supaya Rabu siangnya responsi saya ke penilai berlangsung aman.

Penilai ASKEP yang ini juga bukan penilai biasa. Wuuuiiih jantung saya takikardi, kepala keleyeng-keleyeng, keringat dingin udah kaya pompa air aja mengalir deras kalau ingat semuanya. Memotivasi diri sendiri adalah hal terampuh untuk menghadapinya. SEMANGAT ENO!






Sekarang jam 11 lebih 5 menit ini, saya udah duduk pewe di kampus. Di lantai 3 ruang tingkat 2C. Di samping saya, Ima dan Rani lagi sibuk ngerjain ASKEP, geser penggaris ke kanan kiri, pulpen hitam yang terus goyang-goyang tuliskan proses keperawatan. Sesekali cemberut, mengerutkan keningnya lalu mendesah pelan dan menunduk lagi. Sementara saya, hihihi lamunan saya sedang merantau ternyata.

Di sepanjang perjalanan menuju kampus saya senyum-senyum sendiri ingat perkataan salah satu dosen saya, Pak Elang Attoilah.

“Retno, ke kampus masih diantara orang tua, gak punya pacar emangnya?”

Waktu itu saya nyengir sambil malu-malu.

“Loh kok tau Pak? hehehe enggak Pak!”

“Iya, kan saya suka perhatiin ckckck udah tingkat 2 masih aja gitu”

Saya nyengir karena bingung mau bilang apa.

Pak Elang emang betul! Kalau gak jalan kaki sendiri, kemana-mana saya diantar Adik atau Bapak. Dari cuma main ke rumah temen yang jaraknya sekitar 2 kilometer sampai kegiatan resmi diluar kota ya Bapak yang siap antar apalagi kalau pulang dinas malam Bapak udah standby di gerbang rumah sakit.

Segala puji bagi Allah, saya sangat bersyukur sekali akan nikmatNya.

Essssh saya harus berenti dulu, lihat Daryana di pintu kelas celingukan lalu masuk dan duduk tepat di pinggir saya.

“19 April siap ya Surabaya, Kongres FORMAKEP saya lagi bikin proposalnya”

“HAH?” sekarang giliran saya yang melongo.

Oh tapi oke-oke setelah cek tanggal 19 itu adalah hari Sabtu maka kedua jempol melayang ke udara dengan syarat dispensasi :D.

Mungkin untuk perjalanan sekarang saya tidak pergi dengan Bapak tapi Babeh alias Pak Andi supir kampus yang sekarang udah jadi solmet karena pergi bareng terus.

Kembali lagi, saya senang jadi anak Bapak yang kemana-mana harus sama Bapak karena rasanya untuk hal itu tidak semua orang seberuntung saya, Allhamdulilah terimakasih Allah atas

nikmatMu…

Semoga Eno senang tiasa menjadi anak baik untukmu.

Jemari dan Pena, Maret 2013

Senin, 01 April 2013


Bismillah..

Assalamualaikum,  di awal April ini saya mau posting puisi-puisi saya di bulan Maret kemarin. Puisi ini saya post di note Facebook tapi kurang pool kayanya kalau tidak diabadikan di blog, cekidot ^^




01.00 - 08 Maret 2013 
Malam ini aku ukir bait puisi di celah bimasakti
Rembulan perak, ini adalah rindu yang tak berpenghuni
Hanya menitipkannya pada desah angin sisa pujangga bersyair cinta
Rembulan perak, mantra hatiku belumlah islah karna anastesi yang semakin menipis hingga bergetar riak nalarku
ah! 

Balerina - 12 Maret 2013
Ditengah lembayung nila kau mengekor langkah berirama nyanyian fasik ragawi
Tak ada tetes keringat yang meluntur di keningmu selain senyum tipis bewarna delima
Aku duduk ditemani segelas orson pandan menunggumu datang dan mengangkat kursi kosong di depanku
Kita satu pandang,
Mataku dan kemilau mata indahmu hingga neraca kebimbanganku tentang cinta selalu termusnahkan
Krinting krinting! Gelang perak yang kau kenakan tak pernah luput dari imajinasiku
Hhhm jika gelang perak itu telah kau kenakan mungkin cincing dijari lentikmu yang akan aku lengkapi, lalu sempurnalah wahai engkau Balerinaku
Tunggu...
Aku tengah meraba waktu sebelum kotak indah di balik jantungku ini tak lagi menjadi rahasia yang tersimpan lama
Untaian ceritamu mengalir kalahkan desiran angin yang menyapa kulit ari
lalu sepersekian detik parasmu memadam, merah jambu
Cantik aku suka! menikmati pelangi yang tak perlu ku lihat di langit
Alur kenanganku bersua, tak pernah bahagiamu memuncak layaknya sore ini, padahal belum aku katakan maksudku
Oh iya mungkinkah ini isyarat?
Denyut nadiku diatas 80 kali per menit, aku berdebar bisakah kau rasa?
Oke oke aku tunggu hingga akhir ceritamu
"tidak ada yang lebih membahagiakan selain berbagi kebahagiaan dengan orang yang selalu memberi rasa bahagia, terima kasih ya" kata mu yang aku rasa menjadi muqodimah terbaik
"Riz, jika kamu bersedia menjadi weeding organizerku maka bahagiaku semakin sempurna. Ayo berikan ucapan selamat, karna siang tadi aku resmi dilamar teman kantorku"
Aku tak mengerti, sandiwara seperti apa yang harus aku buat di depanmu,
ucapan selamat atau setitik air bening atas waktu yang kutunggu hingga berjamurlah harapku
 
Momentum Lembayung - 20 Maret 2013
Seperti sisa akhir pekan kemarin. Di beranda asri, duduk bertiga ditemani ubi merah, sagu dan talas rebus menghadap kolam ikan yang tersinari lembayung oranye. Kanvas, cat, koas dan rangka lukisan menjadi pendengar setia kawanan manusia yang erangkan nyanyian realita. Bergebu, ia ceritakan kisah sahabat terdekatku yang berpola fikir radikal menjadi pusat perhatian semua orang dan disorot matanya emansipasi wanita berkobar, Cut Nyak Diennya Garutlah. Aku bangga padamu. Rasa-rasanya saat itu yg dinantikan berbentuk kesenangan batin keluar sejenak dari dunia putih-putih digantikan selaman bumi seni yang menakjubkan dari seorang pengukir indah kanvas serta fakta2 dahsyat dari sang juru warta. Samar, alunan adzan dibawa lembut oleh angin mengumandang digendang telinga, tak ada alasan lain selain menyambutnya dengan Takbiratul Ihram. 

Kedamaian Senja - 24 Maret 2013
Untaian para gelagat hati sisakan ruang drama pengumbaraan di langit senja. Kalimat yang mengalir seperti tontonan penuh gerimis. Gerimis tajam tepatnya. Yang menusuk namun tetap jatuh ke dasar tanah. Melihat dunia seperti terjatuh ke dalam juram, asoka cantik yang berdiri tegak tetap tersayat oleh angin pembawa jarum jam. Berputar maju semakin lama tak berikan satu detik untuk mengurangi masa yang terus berganti. Pecahlah tangisan kala bayang sejoli terkasih pengisi getaran setiap nafas yang semakin menua terkenang; kulit yang tak lagi halusnya adalah harapan, rambut yang mulai bewarna zebranya adalah harapan, keluhan geraknya yang hendak terbatas adalah harapan. Aku sendiri seperti duduk di pojok menatap lemah realita asmara yang tak selamanya penuh keberuntungan melainkan permainan labirin yang mencari ujung kemenangan. Malaikat pengusir ketidakpastian, tolong sembuhkan sayatan-sayatan itu dari mereka yang menanti kedamaian abadi. 

Manifestasi Rindu - 25 Maret 2013
Diatas gedung lantai 3, langit semburatkan kulit abunya. Gumpalan asap bernama awan seolah kepakan sayap malaikat bagi anak manusia yang berpijak di tanah berposlen modern. Hanya aku dan korden hijau toska yang sesekali terhempas angin.
Siangku,
Bagaimana hasrat ini muncul sebagai pembuat onar dari hati yang tengah ditata untuk menjadi satu.
Saat jasad dan sanubari tegas menampik namun lembutnya pemilik alam bawah sadar mengetuk pelan namun pasti.
Kembali nampak!
Jemari ini terisi genggaman erat. Berucap sayang yang mendalam hingga keluar dari bahasa cinta. Semakin erat... Dan menyatu... Sekali lagi inilah sayang itu, kenyataan pahit toh tak menjadi pembatas.
Aku buktikan jika mimpi adalah manifestasi rindu...
Biarlah jasad dan hati tertutup,
Namun apa kabar nya alam bawah sadar? Iya dia berkata YA 

Rembulan Perak 2
Malam ini kau nampak rembulan perak
Penuhi relung langit dalam almanak ganjil dijalur prasangka baik tentang alur waktu yang merambat dengan sayatan
Sementara altar berbatu kerikil itu dijejali nyanyian bocah yang tak elok digendang telinga
Salah siapa?
Bukan salah Ibu mengandung tentunya
Apalagi Rembulan Perak, nervus optikus ini menjerit perih bukan karna debu menyelinap di kelopak mata namun anugerah Tuhan berkebutuhan istimewa menerjang jalanan dengan baju merah putihnya tanpa alas, tertawa-tawa hingga nampak deretan gigi putihnya, melangkah ke kanan dan kiri tanpa alur pasti karena yang pasti bumi menangis dengan jeritan nyeri skala 5 dan hujan adalah bisuan sakralnya.
Rembulan Perak... Nyanyikan mantra indahmu hingga sayap-sayap penenang qolbu hangatkan fisik mungilnya, dimanapun dia lelapkan raganya malam ini 

Serambi Topas - 29 Maret 2013
Noktah yang tertulis diberanda jiwa lukiskan bunga berkabung bagi perisai tua yang lanjut usia..
Tidur ditengah kelabunya permainan teka-teki kehidupan, mendengarkan erangan cepat pulang dan harap yang penuhi seisi bumi tentang gas transparan bernama oksigen sebagai pertanda kehidupan..
Tersenyum parau, sebuah titik sunyi diantara kornea dan sklera mengemuka ke udara seolah distraksi yang gagal atas pertahanan yang merapuh..
Seperti malam ini, bulan bersembunyi setelah hujan turun tanpa stereo persiapan meramaikan lorong-lorong gelap berirama hentakan kaki mereka yang rusuh demi lambungkan senandung sakral; do'a kesembuhan

Penghujung Maret - 31 Maret 2013
Melambaikan dadahan mirisnya, asuhan keperawatan
Tidur dalam kebisuan, novel tebal
Perasaan macam apa ini hingga 2 makhluk mati teman sejati malam ini sukses teracuhkan
Oh maaf! Karena lampu merah itu lebih indah aku tatap
Kerlingan sinarnya seperti bintang kejora yang jatuh dari galaxy bima sakti
Lalu nyatanya, dentingan jarum jam tak kalah bertindak di luar nalar; sahutan bunyinya laksana dawai biola Maylaffayza, halus-merdu dengal lirik merah jambu Yusuf-Zhulaika
Aku mengkulum senyum dan pejamkan kelopak mata desahan angin dengan hujannya yang samar-samar sampaikan salam dari langit venus; semoga mimpi indah dengan barisan keindahan alam sebagai karunia terbesarNya

catatan : dalam puisi-puisi diatas banyak kata yang saya pakai lagi dan lagi itu tandanya kosakata saya yang kurang, jadi harus rajin lagi bacanya! oke Eno ;)
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS