Pages

Jemari dan Pena, April 2013

Kamis, 02 Mei 2013


Bismillah..
Assalamualaikum

Selamat malam, selamat bercumbu dengan Mei :) semoga kesehatan, keselamatan, serta Ridho Allah melimpah di bulan ini sebagai penerang atas semua hajat yang dipinta. Barokallah.

Mumpung masih awal Mei, saya mau posting coretan-coretan di April kemarin nih :D, mau juga posting perjanan di Semarang dan Pelantikan KEMA tapi di pending dulu ah, sekarang mantra-mantra dulu ini aja ;).


Rembulan Perak 3 - 08 April 2013
Rembulan perak, petang ini aku ceritakan padamu perihal pemuda ajaib.
Buku,
Diantara ratusan buku siang itu aku lihat dia; memperhatikannya dari rambut hingga kaki, kaki yang tak beralas. Sorot matanya penuh binar mencermati kata per kata ucapan sang maestro jari. Ia tersenyum lalu kembali dalam dunianya tak lama air wajahnya berubah mendung namun tak lantas membuatnya berpaling. Ah siang itu menjadi hari dimana aku tak menikmati suguhan dunia pada secarik kertas karena cermatku tertarik padanya. Lantas esok, esok, esoknya lagi kembali dia duduk di lautan buku. Perpustakaan Umum Garut.
Dan rembulan perak, Senin minggu kemarin aku temukan dia. Bukan di ruang penuh ilmu lagi namun di belantara jalan raya. Dia duduk tepat dibawah tiang lampu merah yang berkelap-kelip secara bergantian. Masih sama tak beralas kaki. Bersama malam tatapannya kosong, kaos bewarna abu tipisnya mungkin tak menghalau angin namun apa yang dia rasa terhadap dimensi dunianya? Tanyaku penuh selidik. Dan, Rembulan perak tahukah engkau?

Bunda Pertiwi - 10 Apri 2014
Sahabat, taukah engkau?
Jika Bunda Petiwi ini dirundung duka..
Duka menganga yg hujamannya laksana belati
Menusuk dengan goresan dalam
Tanya aku sahabat, mengapa?!
Kau tengok saudara kota, adik dan kakak kita disana...
Diujung jalan tengadah tangan mereka terbuka
Berharap kepingan receh bermukim tuk hidup yang tak secerah mentari
Lantas, tulikah telinga kita mendengar senandung parau nyenyian mereka yang eluhkan egoisme zaman
Cukup pekakah hatimu sahabat untuk menghapis air mata Bunda Pertiwi?
Jangan bayangkan pahit getir para pejuang Negeri ini untuk kemerdekaan karena itu semakin menohok naluri kemanusiaan
Lapangkan pandang keilmuanmu sahabat agar Negeri ini tak terkoyak idealisme perusak moral
Agar Bunda Pertiwi tersenyum melihatmu kibarkan merah putih di dada dan pengisi dunia tahu jika Indonesia kokoh untuk berdiri dengan tunasnya yang peduli
Sahabat, gerbang kita terbuka...
Tumpahkan syikurmu atas karunia Sang Maha Esa karena disini kita bersama memacu waktu tuk menggapai kemuliaan hidup atas warisan ilmu yang tak habis direngkuh masa
Selamat melangkah dan selamat berjuang!
Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk sesamanya. 

Puisi Ingin - 11 April 2013
Rembulan perak,
malam ini aku ingin terbang dan tertidur di atas langit
langit yang mendekatkanku dengan Tuanku
andai Jibril pinjamkan sayapnya maka senyum ini akan abadi untuknya
ingin aku tatap mesra seraut wajah indah itu, wajah Kekasihku Pangeran pujaanku sepanjang masa yang rinduku tak akan habis untuknya
lalu aku ingin bersandar di pundak Bunda Khadijah meresapi belai lembut telapak sucinya
meski malam ini hujan namun aku yakin dilangit pelangi bersinar lantas kelopak optikus ini pejamkan lentera semunya hingga esok bersaksi bahwa ini bukan mimpi

Ballerina 2 - 16 April 2014
Siluetmu mengukir senja ditaman bunga berhias ros merah, kau tersenyum hingga nampak lesung pipimu yang menjadikan hari ini nyata bagiku antara naluri dan rasa yang datang dengan sembilu parau
Aku diatas bukit ini menatapmu tidak dengan harap karna seribu musim berganti cukup bagiku untuk mencintaimu dalam hati. Iyaaaa hanya hati karna bekuku untuk berucap
Kemana lagi aku suakan rinduku, jika rindumu kini telah berpenghuni seperti potret 2 insan ini yang bergambarkan kau dan cinta berijabmu. Tidak ada celah bagiku duduk diantara kalian selain ucapan selamat atas kebahagiaan. Aku simpan cintaku hingga menyerupai asoka di belantara hutan yang gersang atas hilangnya oase. "Terimakasih untuk bantuanmu, cepatlah kau kejar aku agar raja dan ratu kecil kita tumbuh bersama" kerlingan mata bulatmu mengakhiri senandung harapmu atasku. Oke, aku mengerti. Bye! Selamat tinggal lebih baik aku putar cinema motivasi agar virus Majnun tak menyerangku. 

Baling-Baling Bambu - 22 April 2014
7 manusia ganjil,
bukan kurcaci yang bermukim di rimba karena tubuhnya tak kerdil namun penuh dengan serat buah tangan
Tak ada bulan dan bintang namun ekoran lampu dari pemilik suaka bumi berderang
Tuhan, Maha Memahamikah Engkau? Jika tengadah kami barulah terulur sekarang
Erangan roh baik berteriak penuh pilu, tak ingin dan tak berharap hati meradang layaknya hepatitis B yang ranahnya tak terbeli injeksi mahal sekalipun
Kemudian kemana tampakkan angin yang katanya teman seumur hidup seperti Doraemon dan Nobita dengan baling-baling bambunya
Ayo, berbaik hati lah kalian pinjami untaian gerak beroda 4 ini dengan elektronik mutakhir sepanjang masamu, baling-baling bambu
Hhmmm atau kami yang harus mengalah duduk diam menjadi penurut penguasa jalan
Iya.... Ditengah macet
Cileunyi 02.43

Tidak Berjudul - 22 April 2013
Sebetulnya kau dan aku tercipta seperti sel darah putih dan merah
Sel darah putihmu sebagai daya imunku, bala tentara yang melindungiku dari serangan virus mematikan layaknya hidup ditengah kafasikan zaman yang bangunkan Dajjal dalam tidur pulasnya
Sementara,
Aku adalah sel darah merahmu
Penguatmu, pemberimu limpahan nutrisi bagai telaga bidadari ditengah hutan tropikal
Hakikatnya aku yang kaya oksigen ini memberimu nafas untuk kokohkan langkahmu di kerubunan masa yang batas hitam dan putihnya tersorot abu
Dan kita bersatu,
seirama dan sepaham untuk hidup mulia di pelukNya


Tidak Berjudul - 26 April 2013
Belumlah genap jarum pendek berdenting di kisaran 12
ketika erangan tak kasat mata bersembunyi di tingginya respirasi dalam hitungan lebih dari 40 kali per menit
takikardi berucap lemah tanpa isyarat sampaikan titah Tuhan
lantas Izroil terbang melintasi purnama dan kepakan sayapnya berhenti di altar Zambrud
hari ini aku beri nama keislahan tanah
karena dari sana kita terwujud dan kesana kita kembali lepas seluruh noktah duniawi
Inalillahi wainailaihi raji'un


Narasi Cinta - 28 April 2013
Aku tumbuhkan engkau dalam visualku hingga puisi rindu ini terpatri di padang luas langit venus
Aku ingin menulis puisi yang manis untuk mu yang wujud serta ada mu masih dalam genggaman Rabbiku
Lihatlah pundakku tersapu halus tangan lembutnya Bunda Khadijah yang tersenyum dan anggukan kepalanya berkata jika aku sanggup bertahan menantimu dalam taat
Wahai rembulan perak aku yakin kita ada di bumi yang sama, satu ruang, satu nafas dan satu tujuan; menggapai cintaNya
Apalah yang terjadi padaku saat ini atau saat yang lalu semoga menjadi sebuah pengantar kekokohan jiwa kita jika kelak perjumpaan dan perpisahan melengkapi narasi cinta cerita kita


Tidak Berjudul - 29 April 2013
Saat petir merah jambu menyambar, kita duduk berhadapan saling tersenyum dan menikmati kopi bersama, itulah saat pertama kita jatuh cinta
Baik ketika pagi engkau suguhkan kepulan asap panas dimana mataku masih berbuih mimpi, saat itulah jatuh cintaku berulang setiap pagi bersama kopi yang kita teguk bersama
lalu ketika deraan cemas, gelisah, tak tentu arah karna badai ujian menerpa saat itulah kau belai pundaku bersama hangatnya segelas kopi dan kita luluhkan gunung es bersama
lalu...
ketika waktumu tiba, keikhlasan cintaku terujikan dan kau terbang selamanya, aku kembali menuju tempat cinta pertama kita terlisankan bersama segelas kopi yang ku racik sendiri hingga tak semanis rasamu 


Tidak Berjudul - 30 April 2013
Bukankah pertama kali aku melihatmu, kau duduk dimeja harapan yang khusus dibuatkan untukmu dengan kemeja coklat susu serta kaca mata tipis yang menyembunyikan sejuta mimpimu
kedua kali aku melihatmu, disenja seperti ini kau masih khusyu dengan tumpukan buku serta layar komputer minimalis yang tetap menyala
hari-hari berikutnya sama seperti kali kedua; kau duduk dimejamu, aku ucapkan salam, menyimpan kertas2 lalu berkata "duluan Pak!" atau kau awali dengan pertanyaan "baru selesai?"
iya itulah masa kaku namun penuh kenikmatan
dimana aku tetap menjadi aku dan kamu tetap menjadi kamu yang dihormati
lain halnya ketika sekarang aku bercerita tentang sebuah kala yang membuat lubangan sendiri
black hole, uush terlalu kejam aku analogikan namun bukankah seperti itu?
aku menyisingkan tanda tanya: lubang yang tidak diciptakan olehmu, tidak pula olehku namun menjadi sebuah retakan

9 komentar:

Langit Amaravati mengatakan...

Kunjungan kenegaraan :D

Rembulan Perak mengatakan...

Terimakasih Umi :D

TS Frima mengatakan...

mantranya menarik. bisa mendatangkan sensasi tergelitik.

Unknown mengatakan...

Bagus sekaliiiiiiii

Anonim mengatakan...

Puisinya bagus, sy suka pilihan katanya, meskipun ada yg diulang, saya sering berkunjung ke blog ini, pasti saya akan menanti tulisan selanjutnya,
oh ya mbk dari jogja....salam kenal
Heny

Rembulan Perak mengatakan...

waaae tergelitik? selamat menikmati ;)

Rembulan Perak mengatakan...

Abang sih skrg jarang nengok, tau-tau gini y? hihi

Rembulan Perak mengatakan...

ya, ditulisan Maret kemarin saya sudah wanti2 itu hhmm kurang makasih u/ kunjungannya. saya Garut Mbak namun jogya saya jatuh cinta pda kota itu :)

Anonim mengatakan...

Mainlah ke jogja, bagiku jogja adalah cintaku, denyut nafasku.... :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS