Pages

Angin Menampar

Sabtu, 03 September 2011


Yang mendung disayat pisau
Hatinya tersesat jauh karena cinta
Aduhai, angin mengapa kau tak berbisik
Seperti banyaknya sajak yang menulis namamu
 Kau diam hanya untukku
Hingga pada lorong waktu kau tampar aku lembut
Sebanyak hari yang ku tuang bersamanya
Setinggi angan yang ku impi masih bersamanya
Sebesar harap berbuah tetes keringat untuk selalu bersamanya
Namun, mengapa pula bersamanya aku lepas separuh jiwaku
Angin kau tampar aku lembut tentang kisah berjudul, kesetiaan


Pameran lukisan akhir April 2011, duduk di samping seorang pemuda berkacamata perempuan hitam manis berjilbab merah, keduanya tersenyum padaku lalu perbincangan kami pun dimulai, tak banyak cerita hanya tentang pameran dan para pelukisnya namun tak disangka dari situlah awal pertemanan kami dimulai, hingga sampai saat aku menulis cerita ini. Kisah cinta mereka aku tahu dari orang-orang sekelilingku, si pemuda itu tertutup tak banyak tentang dirinya yang dia bicarakan, dimana tempat tinggalnya, asal usul keluarganya, bahkan tahun kelahirannya pun aku tak pernah tahu. Mereka, tidak hanya aku yang tak menahu siapa dirinya, namun kami tak mempermasalahkan itu karena yang selama ini kami kenal, pemuda itu seseorang yang jujur dan apa adanya.

28 Agustus 2011, via seluler
Pemuda : Meisyn aku cerai….
Aku : Haaaah, putus????
Pemuda : Iya….
Aku : Bohong ah..
Pemuda : Aslinya! Sakit hikz..hikz…hikz…
Aku : Aduuuuh akang…..
Pemuda : Kalo dia datang kerumahmu jangan bilang aku ada dirumah ya!
Aku : Looooh haaaaaah???
Pemuda : Pokoknya gitu, oke selamat pagi Meisyn…
Tuuuuuuts perbincangan kami terputus

31 Agustus 2011, 10.00 via seluler
Pemuda : Halooo Meysin apa kabarmu?
Aku : Begini-begini aja, Minal aidzin kang…
Pemuda : Iya sama-sama, banyak yang harus di bicarakan ada waktu???
Aku : Nanti sore jam 5 ke atas…
Pemuda : Jam 3 deh, ada tamu bersar nanti!
Aku : Oke! Udah makan kang?
Pemuda : Yoooo makan ketupat dulu Meisyn!
Aku : Eeeeeeeh Kang!
Pemuda : Udah dong aku mah!
Aku : Bagus
Pemuda : sampai ketemu nanti

31 Agustus 2011, 16.50 via seluler
Pemuda : Meysin aku diajak si tamu, besok di hubungi lagi
Aku : Oke santai

02 Agustus 2011 via seluler
Pemuda : Meysin sekarang ada waktu??
Aku : Waaaah lagi di luar kota…
Pemuda : Oke, selamat liburan

03 Agustus 2011 vua seluler
Aku : Ke atas jam 9
Pemuda : oke di tunggu!

Hari ini sebelum pergi bersama seorang sahabat dekatku, terlebih dahulu aku menemuinya setelah banyaknya sela di beberapa hari kebelakang. Jarak rumahnya memang dekat denganku, tinggal di rumah besar beberapa kali lipat dari rumahku dengan kaca-kacanya yang lebar. Sering aku bertanya, pernah kesepian? Takut?? namun jawabannya “mereka yang takut denganku” di sertai tawa lebarnya. Pemuda yang aku tahu hidup sendiri namun bahagia dikelilingi teman-teman seninya. Kami duduk di tempat biasa kami berbincang, dengan sahutan suara penyiar radio. Tak banyak waktu yang dibuang, setelah membicarakan suatu hal yang kompleks, segera dia uraikan kisahnya dengan pemilik hatinya dulu, tentang penantian beribu-ribu hari, tentang kesetiaan mengharap, dan tentang kesetiaan yang kandas. Satu lagi tentang pengorbanan berharga kurang dari satu windu lebih dari satu dasawarsa.
“Rasanya paling sakit….lebih sakit dari pada dulu, saat aku ditinggal pergi”
“ Mulai dari nol Meysin…” Ujarnya seraya membereskan suatu barang
“ Ini kalo ketemu tolong berikan…”
“Yuuuuk temenmu udah nunggu???”
Kami berjalan beriringan, melewati gerasi lalu halaman yang cukup jauh bagiku menuju pagar luar. Tiba didekat besi tinggi bewarna hitam, menunggu angkutan kota yang lewat, aku masih merajuknya untuk tetap tinggal dan bertanya kemana setelah ini??? namun pemuda berkacamata itu hanya tersenyum, aku lihat matanya yang tak secerah biasa yang kali ini bewarna merah.
“Akang jangan lupa sama aku….”
“Meysin jangan takut kalo dia ninggalin kamu….” Aku membalikan badan melihatnya dengan senyum getir
“Semangat Meysin!!!!!” Lanjutnya seraya menutup pagar dan aku memutuskan untuk berjalan

Perpisahan Saja--"

9 komentar:

Igniel mengatakan...

rasanya ditampar angin gimana ya D:
#cengo

Jin Kinjeng mengatakan...

angin menampar

#PLAK!!!

baru baca judulnya doank :D. lanjut ah

Claude C Kenni mengatakan...

Ditampar angin jadi demam ya? Eh itu mah masuk angin? Hehehe

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

hampir aja kukira ini cerita nyata... nice story, no. :)

Dihas Enrico mengatakan...

masuk angin.....
untung ga masuk TV...
hahahaa.... :P

kurniawan.q mengatakan...

selamat hari raya maaf terlambat

Wahyu Eko Prasetyo mengatakan...

selamat lebaran

Jrs mengatakan...

meysin,, tampar balik aja tuh anginnya yak..

Rezzadian a,k.a. OmRezza mengatakan...

nice nice...ini nyata ga sist? kalo nyata maka aku akan ngmg *ternyata ramadhan kemaren ada yang hampir senasib dengan aku ya...*

keep writing!!! semangat meysin! *lho?

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS