Pages

Jemari dan Pena, Maret 2013

Senin, 01 April 2013


Bismillah..

Assalamualaikum,  di awal April ini saya mau posting puisi-puisi saya di bulan Maret kemarin. Puisi ini saya post di note Facebook tapi kurang pool kayanya kalau tidak diabadikan di blog, cekidot ^^




01.00 - 08 Maret 2013 
Malam ini aku ukir bait puisi di celah bimasakti
Rembulan perak, ini adalah rindu yang tak berpenghuni
Hanya menitipkannya pada desah angin sisa pujangga bersyair cinta
Rembulan perak, mantra hatiku belumlah islah karna anastesi yang semakin menipis hingga bergetar riak nalarku
ah! 

Balerina - 12 Maret 2013
Ditengah lembayung nila kau mengekor langkah berirama nyanyian fasik ragawi
Tak ada tetes keringat yang meluntur di keningmu selain senyum tipis bewarna delima
Aku duduk ditemani segelas orson pandan menunggumu datang dan mengangkat kursi kosong di depanku
Kita satu pandang,
Mataku dan kemilau mata indahmu hingga neraca kebimbanganku tentang cinta selalu termusnahkan
Krinting krinting! Gelang perak yang kau kenakan tak pernah luput dari imajinasiku
Hhhm jika gelang perak itu telah kau kenakan mungkin cincing dijari lentikmu yang akan aku lengkapi, lalu sempurnalah wahai engkau Balerinaku
Tunggu...
Aku tengah meraba waktu sebelum kotak indah di balik jantungku ini tak lagi menjadi rahasia yang tersimpan lama
Untaian ceritamu mengalir kalahkan desiran angin yang menyapa kulit ari
lalu sepersekian detik parasmu memadam, merah jambu
Cantik aku suka! menikmati pelangi yang tak perlu ku lihat di langit
Alur kenanganku bersua, tak pernah bahagiamu memuncak layaknya sore ini, padahal belum aku katakan maksudku
Oh iya mungkinkah ini isyarat?
Denyut nadiku diatas 80 kali per menit, aku berdebar bisakah kau rasa?
Oke oke aku tunggu hingga akhir ceritamu
"tidak ada yang lebih membahagiakan selain berbagi kebahagiaan dengan orang yang selalu memberi rasa bahagia, terima kasih ya" kata mu yang aku rasa menjadi muqodimah terbaik
"Riz, jika kamu bersedia menjadi weeding organizerku maka bahagiaku semakin sempurna. Ayo berikan ucapan selamat, karna siang tadi aku resmi dilamar teman kantorku"
Aku tak mengerti, sandiwara seperti apa yang harus aku buat di depanmu,
ucapan selamat atau setitik air bening atas waktu yang kutunggu hingga berjamurlah harapku
 
Momentum Lembayung - 20 Maret 2013
Seperti sisa akhir pekan kemarin. Di beranda asri, duduk bertiga ditemani ubi merah, sagu dan talas rebus menghadap kolam ikan yang tersinari lembayung oranye. Kanvas, cat, koas dan rangka lukisan menjadi pendengar setia kawanan manusia yang erangkan nyanyian realita. Bergebu, ia ceritakan kisah sahabat terdekatku yang berpola fikir radikal menjadi pusat perhatian semua orang dan disorot matanya emansipasi wanita berkobar, Cut Nyak Diennya Garutlah. Aku bangga padamu. Rasa-rasanya saat itu yg dinantikan berbentuk kesenangan batin keluar sejenak dari dunia putih-putih digantikan selaman bumi seni yang menakjubkan dari seorang pengukir indah kanvas serta fakta2 dahsyat dari sang juru warta. Samar, alunan adzan dibawa lembut oleh angin mengumandang digendang telinga, tak ada alasan lain selain menyambutnya dengan Takbiratul Ihram. 

Kedamaian Senja - 24 Maret 2013
Untaian para gelagat hati sisakan ruang drama pengumbaraan di langit senja. Kalimat yang mengalir seperti tontonan penuh gerimis. Gerimis tajam tepatnya. Yang menusuk namun tetap jatuh ke dasar tanah. Melihat dunia seperti terjatuh ke dalam juram, asoka cantik yang berdiri tegak tetap tersayat oleh angin pembawa jarum jam. Berputar maju semakin lama tak berikan satu detik untuk mengurangi masa yang terus berganti. Pecahlah tangisan kala bayang sejoli terkasih pengisi getaran setiap nafas yang semakin menua terkenang; kulit yang tak lagi halusnya adalah harapan, rambut yang mulai bewarna zebranya adalah harapan, keluhan geraknya yang hendak terbatas adalah harapan. Aku sendiri seperti duduk di pojok menatap lemah realita asmara yang tak selamanya penuh keberuntungan melainkan permainan labirin yang mencari ujung kemenangan. Malaikat pengusir ketidakpastian, tolong sembuhkan sayatan-sayatan itu dari mereka yang menanti kedamaian abadi. 

Manifestasi Rindu - 25 Maret 2013
Diatas gedung lantai 3, langit semburatkan kulit abunya. Gumpalan asap bernama awan seolah kepakan sayap malaikat bagi anak manusia yang berpijak di tanah berposlen modern. Hanya aku dan korden hijau toska yang sesekali terhempas angin.
Siangku,
Bagaimana hasrat ini muncul sebagai pembuat onar dari hati yang tengah ditata untuk menjadi satu.
Saat jasad dan sanubari tegas menampik namun lembutnya pemilik alam bawah sadar mengetuk pelan namun pasti.
Kembali nampak!
Jemari ini terisi genggaman erat. Berucap sayang yang mendalam hingga keluar dari bahasa cinta. Semakin erat... Dan menyatu... Sekali lagi inilah sayang itu, kenyataan pahit toh tak menjadi pembatas.
Aku buktikan jika mimpi adalah manifestasi rindu...
Biarlah jasad dan hati tertutup,
Namun apa kabar nya alam bawah sadar? Iya dia berkata YA 

Rembulan Perak 2
Malam ini kau nampak rembulan perak
Penuhi relung langit dalam almanak ganjil dijalur prasangka baik tentang alur waktu yang merambat dengan sayatan
Sementara altar berbatu kerikil itu dijejali nyanyian bocah yang tak elok digendang telinga
Salah siapa?
Bukan salah Ibu mengandung tentunya
Apalagi Rembulan Perak, nervus optikus ini menjerit perih bukan karna debu menyelinap di kelopak mata namun anugerah Tuhan berkebutuhan istimewa menerjang jalanan dengan baju merah putihnya tanpa alas, tertawa-tawa hingga nampak deretan gigi putihnya, melangkah ke kanan dan kiri tanpa alur pasti karena yang pasti bumi menangis dengan jeritan nyeri skala 5 dan hujan adalah bisuan sakralnya.
Rembulan Perak... Nyanyikan mantra indahmu hingga sayap-sayap penenang qolbu hangatkan fisik mungilnya, dimanapun dia lelapkan raganya malam ini 

Serambi Topas - 29 Maret 2013
Noktah yang tertulis diberanda jiwa lukiskan bunga berkabung bagi perisai tua yang lanjut usia..
Tidur ditengah kelabunya permainan teka-teki kehidupan, mendengarkan erangan cepat pulang dan harap yang penuhi seisi bumi tentang gas transparan bernama oksigen sebagai pertanda kehidupan..
Tersenyum parau, sebuah titik sunyi diantara kornea dan sklera mengemuka ke udara seolah distraksi yang gagal atas pertahanan yang merapuh..
Seperti malam ini, bulan bersembunyi setelah hujan turun tanpa stereo persiapan meramaikan lorong-lorong gelap berirama hentakan kaki mereka yang rusuh demi lambungkan senandung sakral; do'a kesembuhan

Penghujung Maret - 31 Maret 2013
Melambaikan dadahan mirisnya, asuhan keperawatan
Tidur dalam kebisuan, novel tebal
Perasaan macam apa ini hingga 2 makhluk mati teman sejati malam ini sukses teracuhkan
Oh maaf! Karena lampu merah itu lebih indah aku tatap
Kerlingan sinarnya seperti bintang kejora yang jatuh dari galaxy bima sakti
Lalu nyatanya, dentingan jarum jam tak kalah bertindak di luar nalar; sahutan bunyinya laksana dawai biola Maylaffayza, halus-merdu dengal lirik merah jambu Yusuf-Zhulaika
Aku mengkulum senyum dan pejamkan kelopak mata desahan angin dengan hujannya yang samar-samar sampaikan salam dari langit venus; semoga mimpi indah dengan barisan keindahan alam sebagai karunia terbesarNya

catatan : dalam puisi-puisi diatas banyak kata yang saya pakai lagi dan lagi itu tandanya kosakata saya yang kurang, jadi harus rajin lagi bacanya! oke Eno ;)

1 komentar:

Nurmayanti Zain mengatakan...

semangat berkarya :)
ayo perbanyak kosa kata!

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS