Pages

Hakikat Bahagia

Minggu, 06 Oktober 2013



 

          “Kamu mulai tertarik padaku Sam?” Alisa bertanya sekonyong-konyong dengan suara menggelegar ditengah riuahan mahasiswa-mahasiswi yang baru saja mendaparkan gelar diploma.
         “Kenapa gak dari dulu saja Sam! Lihat sekarang kita sudah lulus. Ah kamu kebanyakan mikir!” Lanjut Alisa, kini suaranya yang tidak pelan mulai menarik perhatian teman-teman satu angkatannya.
         Bima yang melihat Sambi terdiam dengan ocehan Alisan yang menurutnya memalukan sekali tak sabar ingin bertindak, Alisa gila! Cercahnya dalam hati. Satu langkah lagi tangannya akan sampai dilengan Sambi lalu menariknya dan keluar dari kerumunan orang-orang. Namun hey! Mengapa tangah Bima yang justru tertarik, cengkraman kuat walau Bima rasakan jari-jari lentik si pemilik tangan.
****
     “Syuuuuut! Udah lo diem aja, kasihan Alisa” Ucap seorang perempuan dengan wajah gusar ia memegang sebotol air mineral yang masih unuh belum diminum.
     “Buat lo, gw gak haus kok” Sodornya pada Bima yang menatap dengan isyarat penuh tanda tanya, gw pernah lihat cewek ini... tapi dimana?
     “Gw gak butuh minum” Bima menjawab singkat lalu menundukkan wajahnya, tatapannya kini tertuju pada tanah yang diinjak kakinya. Supaya tidak terlihat bahwa memori otaknya sedang berkerja. Beberapa detik kemudian dengan cepat perempuan itu membuka botol air mineral dan diteguk hampir setengahnya. Riasan yang sempurna, kebaya bermotif elegan dipadukan dengan rok berbahan satin polos warna hijau toska.
Duuuuar...duaaaaaaaar! irama petir bersahutan diatas langit, semenit kemudian hujan turun tanpa pemberitahuan setelah petir yang menggelegar. Bima dan perempuan berkabaya itu terbirit-birit mencari tempat teduh untuk melindungi tubuhnya dari serangan air, parahnya yang ada disekeliling mereka hanya pohon-pohon tua, kontan Bima merutuk karena perempuan itu yang membawanya keluar dari gedung dan menuju taman belakang kampus. Taman paling belakang. Sekilas menyerupai kebun pohon-pohon tua.
“Iiiih lo sih! Emang gak ada tempat lain sampai bawa gw kesini?!” Akhirnya tumpah juga kekesalan Bima setelah mereka temukan pohon rindang.
“Kalau kita diem terus disana udah basah kuyup! Tapi kalau dibawah pohon ini, jangan tuntut gw kalau lo kesambar petir!” Jawab perempuan berkabaya galak seraya berkacak pinggang sebab tidak menerima bentakan Bima.
“Terus maksud lo biarin si Alisa malu-maluin sahabat gw didepan orang-orang itu apa? Gw gak kenal yah lo siapa, gak pernah lihat juga lo dikampus ini, penyusup lo!” Nada suara Bima naik beberapa oktaf, tubuhnya dialiri tegangan listrik yang amat tinggi sampai-sampai tidak bisa berbuat lembut pada perempuan yang ada didepannya.
“Sadar dong Lo! Ini tuh hari wisuda dan keluarga wisudawan bisa datang kesini. Gw Alindra sepupu Alisa!”
“Ooooh Alindra... syukur deh sekarang lo udah ngasih tau nama lo jadi kalau ada apa-apa gampang buat gw untuk nyari lo, mempertangung jawabkan kesalahan lo yang fatal ini!” Garang Bima menghadapkan tubuhnya pada Alindra, sorot matanya bak elang yang menantang mangsanya. PLAAAAAAK! PLAAAAAAAK!.
 “Lo itu gak ada lembut-lembutnya yah perempuan!” Tanpa Bima prediksi tiba-tiba 2 tamparan mendarat dipipinya dari perempuan yang baru saja dia ketahui namanya.
“Bima, asal lo tahu yah! Sambi itu teman gw dan Alisa dari kecil-dari SD. Sambi cinta pertamanya Alisa, sampai sekarang dia belum pernah deket sama cowok, belum pernah ngomongin cowok lain ke gw selain nama Sambi, makanya kenapa selama 3 tahun kuliah disini Alisa jadi sosok yang introvert, Alisa senang bukan main bisa satu kampus dengan Sambi dan dia ingin membuktikan bahwa cintanya pada Sambi memang tidak pernah tergantikan”.
Hah? Bima kembali memutar ingatannya, kalau perempuan ini sepupu Alisa. Yap! Alisa kurang lebih memang dekat akhir-akhir ini dengan Sambi dan kemungkinan besar Bima melihat Alindra ketika dirinya diajak Sambi untuk berkunjung ke rumah Alisa. Alisa??? Selama ini memang Bima tidak suka pada perempuan berlesung pipi itu karena sikapnya yang menurut Bima aneh. Tapi keanehan itu justru timbul karena tertutupnya Alisa pada lelaki lain selain Sambi. Benar-benar aneh!.
“Hanya pada Sambi, Alisa mampu tersenyum dan membuka dirinya... jadi gw mohon, lo sebagai sahabatnya Sambi mendukung cinta Alisa pada Sambi. Sambi percaya ke lo Bim, jika lo setuju pada Alisa maka Sambi akan mewujudkan harapan Alisa selama ini....”
Hujan seketika berhenti. Bima yang terdiam setelah ucapan Alindra pada dirinya mendongkakan wajahnya karena Alindra yang sedari awal berteriak-teriak riang, lalu kini kembali tangan-tangannya mencengkram lengan Bima, membawanya ketengah taman.
“Lihat itu pelangi! Gw yakin, Alisa sekarang bahagia.... makasih yah Bima lo mau dengerin omongan gw.... selamat Alisa semoga Sambi memang Tuhan ciptakan untuk sempurnakan hidup lo......” Alindrapun tidak bisa menutupi kebahagiannya sementara Bima medapatkan pembelajaran baru: hakikat bahagia adalah melihat orang yang disayangi merasakan kebahagiaannya.

Tidak ada komentar:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS