Pertama kali saya kenal kata RIBA sekitar dua tahun
lalu dari kedua teman saya. Maklum saya ini fakir ilmu namun merasa beruntung Allah perlihatkan langsung dari orang-orang di
sekeliling dengan pengalamannya yang nyata.
Saya cukup mengerutkan kening kala teman berbicara jauh
tentang bunga bank, tentang mundurnya ia dari perusahaan keluarga karena ingin
terbebas dari jeratan riba, juga teman saya yang satunya lagi setelah bekerja
dan penuhi kebutuhan keluarga dengan segera selesaikan semua urusan yang berbau
riba, bahkan kakak perempuannya dia paksa untuk berhenti bekerja di bank.
What?! Naon hela atuh eta riba teh...
Singkat saya riba itu menambahkan. Jadi, kalau minjam
uang nih ke bank terus ada bunga yang harus dibayar, nah bunga itu yang disebut
riba. Dari hadist disebutkan; Dari Jabir
ra, ia berkata. “Rasulullah saw melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, dua
saksinya dan penulisnya.” Dan Beliau bersabda, “Mereka semua sama.” (Shahih: Mukhtasar Muslim no: 955,
Shahihul Jami’us Shaghir no: 5090 dan Muslim III: 1219 no: 1598).
Dan hadist di bawah ini yang membuat saya merinding,
pertama karena bunyinya, kedua karena saya lihat lelehan air mata teman saya
saat menyampaikan.
Dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Nabi saw bersabda, “Riba itu mempunyai tujuh puluh tiga pintu, yang
paling ringan (dosanya) seperti seorang anak menyetubuhi ibunya.”
(Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3539 dan Mustadrak Hakim II: 37).
“pokona No, pas abi apal... langsung telpon Mamah,
lunasan eta bunga bank, ulah pinjem-pinjem deui” ucap teman saya setelah kedua
telapak tangan menggosok wajahnya yang hujan air mata.
Kemudian untuk referensi silahkan cari buku SATANIC
FINANCE karya DR. Ahmad Riawan Amin. Bagaimana muslihat setan dijelaskan dengan
cara yang unik dan bahasa ringan.
Zaman sekarang dengan mudah bisa pinjam uang dari bank,
bahkan dengan tidak datang ke bankpun orang-0rang bank sudah mencari kita,
semua itu dilakukan demi keuntungan mereka namun di masyarakat sudah berubah maknanya
“atuh da mun teu ka bank kamana deui....” nah itulah yang Islam wanti-wanti,
kebebasan meminjam uang ke bank menjadikan manusia sedikit terlena dan tidak
mengindahkan syariat Islam dalam bermuamalah. Awalnya manusia disenangkan oleh
adanya bantuan uang namun setelahnya tenggorokan akan tercekik karena bunga
yang menggelembung, apalagi jika tak mampu membayar sesuai ketentuan wuaaaah
semakin besar bunga-bunga itu dan perlahan membuat manusia jatuh dalam
kemiskinan. Konon katanya mengapa negara kita sekarang seperti ini salah satunya
karena bentuk riba yang dilakukan di masa lalu.
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin...
Semoga tangan-tangan kita dimudahkan untuk menolong
sesama,
semoga diri kita dijauhkan dari laknat riba,
ah dosa saya sudah menjulang jika sudah tahu salah satu
hukum, hindarilah bila larangannya jelas, ingat kembali pada tujuan; hidup bahagia dunia dan akhirat.
*
Agustus,
tanggal 13 tahun 2013 saya mulai tuliskan pemahaman saya mengenai riba lewat FIKMIN
di bawah ini.
Sajian di tengah riba
;Ibu, sekarang makan sama apa?
Selasar pagi menjadi lautan pilu ditengah tatapan gemintang putra cikal rupawan, Anakku
;Ini nafkah dariku
Derai keringat lembabkan kening kusam penuh kerutan, bibir dengan kumis tipisnya tersenyum, damai dan bahagia. Ayah anakku.
;Nak, kau hanya boleh menerima uang baik. Diperoleh dengan baik dan hukumnya menyelamatkan dunia serta akhiratmu
Amanahnya adalah sumber lampahku, ucapan bermakna besar ketika sungkem dipangkuannya digelar pada akad sakralku
*
Wahai Masku!
Aku masih menanti buliran suci dari hatimu, bukan sekadar sucinya cinta dan ungkapan kasihmu
Aku tak kan menjadi pemuja yang buta karena rasa perih ini tak dapat dijelaskan
Di dadamu aku terlelap musnahkan risau dan segala jenis nafsu duniawi
Di belakangmu aku adalah makmum yang lafalkan 'Aamiin' setelah lantunan Ummul Kitab kau lisankan, disana 7 pujian kau limpahkan dan pinta petunjuk jalan yang lurus kau mohonkan maka aku adalah pengikut terbahagia yang berdiri disana, karena tak lain Imamku yang panjatkan ayat indah itu
Hanya saja pada kau dan pengakuanku pada Tuhan,
Aku gelisah dengan caramu mencari nafkah;
duduk dibelakang meja berhiasa bunga mawar segar, ruangan sejuk oleh pendingin, kau tersenyum tampakkan gigi rapihmu ucapkan kalimat sapaan lalu seseorang duduk didepanmu. Lantas, kau bermain dengan pena, jemari yang senantiasa kau gunakan untuk menengadahkan do'a pada Tuhan kau pakai untuk hitung lembaran rupiah
Huufh, disini dirumah aku kenang golongan manusia pengerja riba dan siksa terkecilnya tak ubahnya seperti mezinahi saudara sebapak
Dan nampaknya aku selalu tak kuasa, hidangkan sajian untuk anakmu dari hasil yang Tuhan tak suka
Wahai Masku!
Pahamilah, bersuci dan tinggalkan
Selasar pagi menjadi lautan pilu ditengah tatapan gemintang putra cikal rupawan, Anakku
;Ini nafkah dariku
Derai keringat lembabkan kening kusam penuh kerutan, bibir dengan kumis tipisnya tersenyum, damai dan bahagia. Ayah anakku.
;Nak, kau hanya boleh menerima uang baik. Diperoleh dengan baik dan hukumnya menyelamatkan dunia serta akhiratmu
Amanahnya adalah sumber lampahku, ucapan bermakna besar ketika sungkem dipangkuannya digelar pada akad sakralku
*
Wahai Masku!
Aku masih menanti buliran suci dari hatimu, bukan sekadar sucinya cinta dan ungkapan kasihmu
Aku tak kan menjadi pemuja yang buta karena rasa perih ini tak dapat dijelaskan
Di dadamu aku terlelap musnahkan risau dan segala jenis nafsu duniawi
Di belakangmu aku adalah makmum yang lafalkan 'Aamiin' setelah lantunan Ummul Kitab kau lisankan, disana 7 pujian kau limpahkan dan pinta petunjuk jalan yang lurus kau mohonkan maka aku adalah pengikut terbahagia yang berdiri disana, karena tak lain Imamku yang panjatkan ayat indah itu
Hanya saja pada kau dan pengakuanku pada Tuhan,
Aku gelisah dengan caramu mencari nafkah;
duduk dibelakang meja berhiasa bunga mawar segar, ruangan sejuk oleh pendingin, kau tersenyum tampakkan gigi rapihmu ucapkan kalimat sapaan lalu seseorang duduk didepanmu. Lantas, kau bermain dengan pena, jemari yang senantiasa kau gunakan untuk menengadahkan do'a pada Tuhan kau pakai untuk hitung lembaran rupiah
Huufh, disini dirumah aku kenang golongan manusia pengerja riba dan siksa terkecilnya tak ubahnya seperti mezinahi saudara sebapak
Dan nampaknya aku selalu tak kuasa, hidangkan sajian untuk anakmu dari hasil yang Tuhan tak suka
Wahai Masku!
Pahamilah, bersuci dan tinggalkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar