Pages

Al-Qur'an

Senin, 20 Januari 2014

             
             
                 “Pak, ayo belajar Qur`an….”

                “Ya Nduk, nanti saja. Kamu ini gak lihat apa bapakmu cape pulang kerja”

                “Saya kira itu bukan alasan Pak….”

                “Kamu Syalu, Bapakmu pulang kerja bukan disambut hangat malah begitu”

                “Maafkan saya, Bapak kan sudah mandi, sudah makan, sebentar lagi waktunya tidur. Ayo sebelum istirahat kita belajar barang satu atau dua ayat…”

                “Syuuuuuut sudah jangan diteruskan, pergi ke kamar sana bukannya Kamu mau periksa hasil ulangan siswamu”

                “Ya Mbu, permisi….”

  ***

                “Ustadzah dan Syalu, waktu saya ikut nginep dirumah teman kuliah saya. Kamu tahu tidak perumahan elit dekat bunderan kota itu Syal?”

                “Ya saya tahu Rim, memang kenapa?”

                “Ya ba`da Magrib saya diajak teman untuk ikut pengajian, saya kira pengajiannya seperti dikita ini ada ustadz yang berceramah tapi ini beda! Ternyata pengajian disana itu belajar membaca Al-Qur`an”

                “Terus kenapa Dek Rima?” Ustadzah yang duduk disamping Syalu mengerutkan kening menunggu pembicaraan santrinya itu.

                “Ya, Ustadzah karena disana saya dan teman paling muda akhirnya saya ditunjuk ngaji pertama”

                “Memang hanya kalian orang-orang mudanya?”

                “Iya Syal, mereka itu bapak-bapak dan ibu-ibu semua… katanya udah pada haji”

                “Allhamdulillah….” Bersamaan Syalu dan Ustadzah mengucapkan hamdalah seraya menyisipkan do`a berkahi mereka dan semoga tiba giliran kami Ya Allah…

                “Nah Ustadzah tahu sendirikan saya ngajinya masih hehehe kaya anak SD begini, tapi disana saya jadi sorotan. Bapak-bapak dan Ibu-ibu itu tidak ada yang tidak melihat ke arah saya. Ya Allah, saya malu dan menyesal kenapa gak dari dulu belajar ngaji tahu-tahu sudah baligh seperti ini sebentar lagi cukup usia saya untuk menikah tapi ngaji panjang-pendek harakaat saja belum betul”

                Rima menarik nafas beberapa detik, kemudian melanjutkan ceritanya.

                “Tapi ternyata, Bapak-bapak dan Ibu-ibu disana lebih parah dibading saya. Astagfirullah… diakhir pengajian saya ngobrol sama Ustadz yang mengajar ngaji di masjid perumahan itu, beliau berkata prihatin, bukan masalah cape mengajarkan ngaji pada mereka tapi masalahnya mereka itu terlalu bergengsi. Disana, saya sarankan untuk mengawali dari Iqra saja, tapi katanya mereka gak mau karena gengsi itu. Saya jadi terfikir, Al-Qur`an ditenteng sebagai pembayar gengsi. Ya Allah….”

                “Dek Rima dan Dek Syalu, bersyukurlah kita atas hidayah Allah. Menurut saya, usaha Bapak-bapak dan Ibu-ibu diperumahan itu sudah baik daripada orang-orang yang sama sekali tidak mau belajar karena ingat hidayah itu tidak datang sendiri. Perihal gengsi itu lebih baik kita do`akan saja kemudian jika kondisinya tepat ya boleh kita ingatkan juga sambil terus kita perbaiki diri kita, cara membaca Al-Qur`an kita serta amalan-amalan kita yang lain. Ada hadist dari riwayat Baihaqi: rumah yang didalamnya dibacakan Al-Qur`an akan terlihat penduduk langit sebagaimana penduduk bumi melihat gemerlap bintang-gemintang dilangit. Masya Allah”

                “Dek Syalu dan Dek Rima, siapa yang dirinya mengaku umat muslim sudah seharusnya mencintai Al-Qur`an karena apa? Al-Qur`an bersumber dari Allah kemudian melalui Malaikat Jibril disampaikan kepada Rosulullah. Allah, malaikatNya kemudian RosulNya. Jika kita mempertanyakan keberadaan Allah, maka Al-Qur`an adalah jawabannya. Pantas saja jika dunia sekarang ini makin tidak terkendali, karena pengendali hidupnya sudah sudah jauh. Saya ingat perbincangan dengan teman sewaktu masih muda dulu, kata teman saya. Jika ibarat sederhananya, Al-Qur`an itu adalah manual book. Coba, Dek Syalu dan Dek Rima beli handphone pasti sudah satu paket sama manual booknya kan? Dimana manual book itu petunjuk untuk menggunakan handphone dari awal cara mengaktifkan, mengirim pesan dan aplikasi-aplikasi yang lainnya. Terus gimana kalau manual booknya gak dipake atau enggak ada? Pasti bingungkan menggunakan handphonenya gimana? Bisa saja handphone yang bentuknya persegi panjang itu Dek Syalu dan Dek Rima gunakan sebagai pengganjal lemari atau batu untuk melempar binatang buas, akhirnya handphone tidak digunakan sebagaimana fungsinya. Manusia saja sudah pintar membuat handphone dengan manual booknya, apalagi Allah. Bukan begitu?.

                “Betul Ustadzah saya setuju, Allah tidak akan menyengsarakan manusia tanpa petunjuk hidup. Tapi sayangnya manusia yang menyengsarakan dirinya sendiri untuk berjauhan dengan petunjuk hidup”.

                “Maka dari itu Dek Syalu dan Dek Rima, selagi kita mampu untuk terus memperbaiki diri, usahakan juga diri kita untuk menyayangi orang-orang terdekat kita sesama muslim untuk mengerjakan kebaikan karena dengan itu ucapan ‘Aku mencintaimu karena Allah’ dapat terwujud, tidak hanya ucapan semata. Dengan menyampaikan apa kita tahu dalam kebaikan”.

                “Terakhir, Dek Syalu dan Dek Rima dengarkan baik-baik yah… Bersahabatlah dengan orang-orang yang dengan melihatnya: Engkau melihat Allah, wibawanya ada didalam hatimu, ucapannya menambah amalmu, amalnya menambah zuhudmu, dan ketika engkau berdosa, maka ia menasehatimu dengan perbuatannya sebelum menasehatimu dengan ucapannya. Dari Zunnun al-misri, Shifah as-shafwah, 2/445.

 ***

                Obrolan dirinya bersama Ustadzah dan Rima terus terkenang dipikiran Syalu, lembaran jawaban ulangan dari siswa-siswanya disekolah terbengkalai begitu saja. Ia buka jendela kamarnya, dilangit sana rembulan tengah menghadap waktu purnama ditemani bintang-bintang yang ramai disisian bulan, lalu satu bintang yang paling terang orang biasa bilang itu bintang kejora padahal ternyata yang disebut kejora itu adalah planet venus. Cahayanya paling bersinar, bentuknya lebih besar daripada bintang-bintang yang lainnya. Cantiknya taman langit, indah. Syalu berdiri dari duduknya didepan jendela, Ia berjalan menuju meja rias dan mengambil cermin dengan hiasan pernak-pernik mutiara berwarna pink dan ungu lalu kembali menuju jendela kamarnya, agar udara yang segar dimalam ini dan indahnya nuansa langit dapat ternikmati.

                “Pak, anak gadismu ini ternyata cantik. Esok atau lusa akan tiba waktu Bapak untuk menikahkan saya. Esok atau lusanya lagi, saya akan datang kerumah ini membawa cucumu. Namun, jika sudah tiba waktu itu lantas siapa yang mengajari Bapak mengaji, membaca Al-Qur`an? Sedangkan umur manusia tidak ada yang tahu, bisa saja saya mendahului Bapak. Kemudian kembali siapa yang mengajak Bapak, mengajari Bapak?. Maafkan saya jika perkataan saya terlalu kasar Pak….”

                Tesss! Buliran bening keluar dari sudut-sudut mata Syalu. Cermin yang dipegangnya kini berembun, malam sudah terlalu dingin. Setelah puas bercermin lantas Syalu menutup jendela kamarnya seperti semula, rapat. Bersamaan dengan menutupnya jendela kamar, ringtone handphone Syalu berbunyi, pesan dari Rima. Ia tersenyum, lalu membacanya:.

Sahabatku, belajar membaca Al-Qur`an bukan parttime, bukan sometime, bukan anytime, tapi harus fulltime bahkan overtime karena mati anytime. Selagi ada waktu dari segudang kesibukan kenapa tidak untuk belajar?.

23 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS