Pages

Syuuut... Umi Syahid, Dik.

Senin, 20 Januari 2014


"Umi, kenapa banyak orang jadi pejuang Islam di Palestina atau Suriah? Kenapa ikut perang?" 

"Karena mereka rindu Tuhan Dik" 

"Rindu kok perang sih Umi?" 

"Kakak dan Adik anak kembar Umi yang usianya baru 7 tahun tapi sudah pintar sekali dengan membela agama Allah dari kekafiran maka Allah menjamin baginya surga" 

"Kalo surga berarti harus meninggal dulu dong?" 

"Iya, dan jika Allah menakdirkan perjuangannya sampai pada saat itu maka dinamakan dengan mati syahid" 

"Umi, Bu Guru Kakak bilang katanya gak cuma perang aja ya bisa mati syahid?" 

"Iya gitu Kak? Adik kok belum denger" Cela Adik mengerutkan keningnya 

"Iya Kakak nanyanya di kantor kok gak dikelas" 

"Kakak curang!" Adik menjawab dengan melemparkan pandangannya Melihat kedua anak kembarnya Umi tersenyum lantas merangkul dan membawa mereka dalam pelukan meski tak bisa amat rapat karena kandungannya yang telah mencapai usia tua. 

"Syuuuut udah, Umi kasih tahu kalau yang dibilang Bu Guru Kakak memang benar. Syahid adalah impian seluruh umat islam di muka bumi ini, contoh lain selain perang adalah ibu yang berjuang ketika melahirkan anaknya ke dunia yang kemudian ibu tersebut meninggal dunia karena alasan medis atau lain sebagainya" 

"Oh begitu ya...." jawab mereka bersamaan seraya mempererat cengkraman tangan dilengan Umi.


*** 

"Umi, sebentar lagi melahirkan ya Bi? Adik punya ade baru dong asyiiiik" 

Oaaaa....uwaaaa....aaaaa 

"Kakak dengar! Itu suara adenya" 

"Allhamdulillah.. Maafkan Mas Sarah, untuk kedua kalinya Mas tidak bisa menemanimu berjuang" Ucap Ilham dalam hati 

"Ayo Abi kita masuk!" Kakak memegang tangan Abi untuk berdiri dari duduknya 

"Pak Ilham, Nyonya Sarah kehilangan banyak darah. Bapak boleh masuk ke dalam ruangan" Ujar seorang suster yang datang dari balik pintu.


 ***

 "Adik Kakak sekarang punya ade baru.... Mas Ilham....." Sarah tersenyum lemah, kemudian menjatuhkan kepalanya kearah kanan tempat tidur 

 "Umi......." Adik dan Kakak berlari mendekati tempat tidur disusul lemudian Ilham dan dokter yang masih ada dalam ruangan. Suasana seketika menjadi tegang, salah seorang suster memeriksa denyut nadi Umi, dokter menempelkan stetoskop ke sekitar dada lalu menyinari mata Umi dengan penlamp. Dokter menggelengkan kepala, ia menunduk dalam kemudian menghampiri Ilham. 

 "Maaf, pendarahan Nyonya Sarah diluar batas normal itu terjadi tanpa prediksi kami. Nyonya kembali ke pangkuan Allah". Adik yang mendengar ucapan dokter lantas menjerit histeris. 

"Umi......Umi........" 

"Dik, Adik tenang yah, Umi syahid" Kakak memeluk adiknya.

Tidak ada komentar:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS