Pages

Jangan dulu....bersama Al!

Senin, 20 Januari 2014

        

          “Aku hanya takut kamu pergi.. aku takut merasa sendiri enyah aku tak peduli apa kata mereka… hanya dimana aku ada maka kamu disampingku menjadi penerjemah disetiap kata yang tak bisa mereka artikan. Sekarang aku tahu betapa miskin hidupku, sendiri disaat ku membuka mata bahkan disaat ku bermimpi. Pahit… karena terlambat aku sadari mereka pergi dan dirimu menjadi satu yang ada….”

          “Semua ada prosesnya Ginar, sudah cukup...”

         “Aldan.....”

                                                                           ****

                Kami terbiasa bersama, seperti bintang dan bulannya, awan dengan langitnya, bahkan bunga dengan kumbangnya. Kebiasaan kami adalah bercerita dan berbagi juga saling menasehati, seluruh kejadian di hidup kami dari pagi sampai malam akan sampai dipendengaran masing-masing selama berjam-jam, baik itu bertemu langsung atau hanya lewat sambungan telfon. Hal ini berlangsung sudah cukup lama, disaat kami sama-sama berseragam putih abu. Ginar yang super energik serta dewasa dan aku yang katanya selalu nampak seperti kanak-kanak, jadi kami memposisikan diri sebagai Ginarlah yang paling tau dan berhak mengambil keputusan apapun, dia yang paling benar. Sekilas sangat egois dan hai! sepertinya kejantananku sebagai pria justru di nomer duakan. Hehe tidak ada-ada, toh aku menjungjung tinggi; perempuan ingin dimengeri. Dalam hitungan matematikaku, hal tersebut terhitung hingga kami sama-sama memasuki bangku kuliah tingkat awal. Selepas SMA kami melanjutkan pendidikan di universitas berbeda, tapi tetap intensitas kami sama sekali tidak berkurang, selalu ada waktu yang kami usahakan bahkan terkadang paksakan untuk bertukar cerita. Nampaknya bukan sekedar kegiatan rutin namun telah sampai pada gejala addicted!. Ginar membawa candu padaku, begitupun aku baginya.
                Namun satu... ada yang sangat menentang sikapku yang ini, dia Aldisa. Sodara kembarku. Ucapnya jika kami telah memasuki fase candu ingin bertemu atau bercerita dengan wajah datarnya, Aldisa berkata “Seharusnya, Ginar cari teman perempuannya kalau cuman mau curhat doang, kamu juga cowok kok hobinya curhat dan denger curhatan!”. “Wooooy gue manusia kaleee!”. “Kalau kamu manusia berarti ada niatan lain, kamu suka sama Ginar!”. “Why not? Emang masalah?”. “Masalah besar Aldan! Allah tidak suka pada hambanya yang melakukan maksiat!”. “Jahat bener sih kamu Dis..”.

                                                                          ****

                Aldisa, ternyata serius dengan ucapannya. Dia mulai melakukan berbagai cara untuk coba menyadarkanku atas kedekatan aku dan Ginar yang dianggapnya tak wajar. Tak wajar gimana? Toh kami tidak pacaran kok!. Berbagai argumen ia keluarkan, ayat Al-Qur`an sampai hadist, bahkan Ibu dan Ayahpun pernah mendapatkan teguran halusnya lalu menganjurkan aku dan Ginar supaya dinikahkan saja. Aldisa gilaaaaaa, semester 2 udah di suruh nikah!.

                “Ini, gak main-main Bu-Yah.. kita gak bisa membiarkan Aldan terus-terusan deket sama Ginar. Aku sayang sama Aldan, dia gak boleh terkurung maksiat sementara aku berdiam diri saja”

                “Bagaimana Aldan, kamu siap menikah?” tanya Ayah padaku, yang ketika itu menjadi balok es yang beku. Aku tak bisa menjawab, seluruh ruangan mendadak menjadi dingin hingga menyebabkan aku kesulitan bernafas apalagi menjawab.

                “Aldan jangan pergi.....” Teriak Aldisa seraya memegang tanganku yang saat itu memilih untuk berlari.

                Aldisa, tak hilang semangatnya. Setelah melobi Ayah dan Ibu untuk menanyakan kesiapanku menikahi Ginar dan itu nampaknya gagal karena aku yang jelas-jelas tidak siap. Pelan dia menyusup ke dalam hidupku dengan halus, Aldisa berubah menjadi adik yang sangat baik hati meskipun selama ini memang sudah baik. Ia sering mengajak aku untuk berbincang, membicarakan hal-hal yang jarang kami bicarakan sebelumnya. Aldisa meskipun baik tapi Ia orang yang tak banyak bicara di rumah, setelah aktivitasnya yang penuh diluar rumah maka kamar adalah tempat favoritnya untuk mencharge daya tahan tubuhnya. Namun sekarang, aku perhatikan Aldisa mengurangi kesibukan organisasinya, selesai kuliah ia langsung pulang ke rumah dengan memintaku untuk menjemputnya. Di rumah ia banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan berbincang dengan Ayah dan Ibu, lalu mengajakku untuk bergabung bersama.

                “Kalau Disa, ada lelaki yang disukai enggak?” Tanya Ibu dengan senyum hangatnya.

                “Pernah Ibu...” Jawabnya tersipu lalu menundukkan wajahnya.

                "Tuh kan kamu juga suka seseorang!” Ledekku seraya menjulurkan lidah puas.

                “Tapi aku gak berani dekat-dekat Bu, makanya aku gak bilang ke Ibu dan Ayah. Aku khawatir sukanya aku pada seorang lelaki itu justru menjadi bencana baginya, kami sedang sama-sama belajar, iman kami masih lemah. Ibu tau kisah Imam Syafi`i?”

                “Imam Syafi`i yang pada waktu itu hendak murojaah hafalannya ketika melihat seorang perempuan yang tersingkap betisnya, seketika hafalannya sama sekali tak bisa beliau lafalkan. Imam Syafi`i yang menjaga marwahnyapun seperti itu, apalagi Aldisa dan ikhwan yang pernah Aldisa sukai. Aldisa justru malu... dan kadang tidak mau menanggung beban menyukai seseorang karena memang diri Aldisa belum mampu”

                “Aldisa terlalu mendalam banget sih difikirinnya!”

                “Kata siapa Aldan?”

                “Murobiku yang bilang; Saat kau mencintai seseorang krn Allah...maka kau harus menjalaninya sesuai dg ketentuanNya..maka saat ada perasaan pd seseorg yang belum Allah halalkan dia untukmu, ... maka cintailah ia karenaNya, jauhi ia,  doakan ia agar slalu berada di jalanNYA agar slalu berada dalam ridho & cintaNYA,... dan agar ia slalu bahagia dalam cinta kasihNYA... Semoga doa tulus darimu, menjadi pembuka pintu rahmat dan magfirah Nya....aamiin.

                “Sudahlah, jangan dulu bersama Al! beristigfarlah...tinggalkan Ginar sendiri, biarkan Ginar menata hidupnya sebelum kamu meminangnya”

30 September 2013

Tidak ada komentar:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS