Pages

Karena Sekutel

Minggu, 20 Maret 2011


Braaaakgg!
2 mangkuk bakso dengan kuah kecap dan saus merah serta jus alpukat dalam gelas ukuran jumbo menjadi pemandangan tersendiri di mata Alic, menatap penuh iba jatah makan siangnya yang kini sudah berpindah tempat tidak lagi dari nampan yang di pegang tangannya tetapi ke permukaan lantai yang kotor. Menelan ludah sedih. Air liur yang sudah di tahannya sejak 2 jam yang lalu tepatnya saat memulai  pelajaran bahasa jepang yang notabanenya adalah pelajaran paling-super-duper-bikin mata ngantuk dan perut keconcongan hingga akhirnya pelajaran tersebut berakhir yang selama pelajaran berlangsung fikirannya tidak tertuju pada huruf higarana atau katakana tetapi mengkhayalakan kenikmatan bakso daging pedas serta jus alpukat yang dingin mengalir di tenggorokan.
“Mita… itu baso gue….” Ucap alic tanpa sadar lalu berjongkok semakin menatap makanannya dalam
“Kita pesen lagi aja, mau?” Tawar Mita seraya mengedarkan pandangannya ke seisi kantin yang kini sedang menatap dirinya serta Alic
Darah serasa berhenti berdesir ketika mata Mita tertuju pada sosok lelaki di hadapannya yang berpenampilan tidak karuan. Kemeja putihnya berubah warna; hitam, merah, hijau. Sepatu hitam confersenya di penuhi mie serta sayuran hijau. Mita mengigit bibir bagian bawahnya berharap kekonyolan Alic segera berakhir dan meminta maaf atas kejadian yang merugikan Satria, teman satu kelas mereka yang terkenal cool. Baik dari segi tampang, popularitas, maupun financialnya.
“Satria maafin Alic… kita bakalan ganti seragam sama sepatu kamu. Bentar lagi kita ke koperasi, kamu tunggu disini dulu.. kita janji 5 menit kemudian, kita udah balik lagi kesini!” Kata Mita meminta maaf
Mendengar rangkaian kalimat yang keluar dari bibir Mita sesegera mungkin Alic mengembalikan fikiran normalnya. Dilihatnya sepatu kotor tersebut lalu berdiri untuk kemudian matanya beradu dengan mata elang milik Satria.
“Ya ampun Mita.. ngapain lo minta maaf? Yang ada juga dia yang udah nabrak kita. Ngapain lo masih berdiri disini?”
“Alic!!” Bentak Mita terkejut mendengar perkataan sahabatnya tersebut
“Lo lupa Satria WC tempatnya dimana, mau gue tunjukin jalannya? Atau mungkin lo malu di liatin sama banyak orang dengan keadaan lo yang kaya sekarang??”
“Alic lo apa-apaan sih! Cukup!”
“Biarin aja Mit, biar dia rasain sakit hatinya kita setiap hari di permaluin di depan kelas gara-gara kita hobi makan terus badan kita sekarang melar”
“Ayo Mit kita pergi aja.. gue gak peduli lo mau ngadu ke bokap lo gara-gara kejadian ini terus dateng surat pengeluaran secara sepihak dari sekolah senasib kaya si Haris dulu. Bentar lagi gue juga pergi dari sini!”
****
“Sekutel sekutel…emmm lezat aaam…stststst….”
“Satria lo kenapa?! Mimpi apaan lo? Hahaha” Tawa Reyhan renyah mendengar gumaman mimpi Sartia yang tembus ke dunia nyata
“Hah gue ngigo ya???” Tanya Satria kemudian, mengerjap-ngerjapkan matanya. Pukul 02.45 tulis jam dinding digital yang menggantung disalah satu sudut kamar Satria
“Lo mimpiin sekutel lagi? seminggu ini udah 4 kali mimpiin itu. Lo lagi inget sama siapa sih? yang gue tau nyokap lo tuh gak pernah masak sekutel, dia gak bisa bikinnya kan?”
“Gak tau gue juga, aneh gini ya. Ada yang ilang gitu aja tapi gue gak tau. Apa-siapa”
“Apa, lo lagi kangen? Siapa, yang gue tau di kelas tuh yang doyan makan emang Alic sama Mita, terus yang suka bagi-bagi sekutel gratis di kelas ya si Alic. Hah, jangan-jangan lo kangen sama si Alic gara-gara dia gak sekolah mulu, nah hari ini kalo dia gak masuk lagi berarti tepat satu minggu dia ngilang gitu aja sejak kejadian di kantin itu…” Ucap Reyhan panjang lebar
“Lo lebay Rey, dramatisir banget! Gak mungkin gue kangen cewe gembrot kaya dia!” Sahut Satria melemparkan bantal ke wajah Reyhan
“Aduh! Lo percaya deh Sat, sepupu lo ini gak bakalan buat lo jatoh!”
“yang ada juga lo itu sepupu extra lebay! Tidur lo begadang mulu”
****
Hari ini seperti biasa kegiatan belajar-mengajar SMA Pusaka Kencana di mulai dari pukul 07.00-14.00. Perkataan Reyhan malam tadi entah mengapa terngiang-ngiang di telinga Satria. Sejujurnya sejak 7 hari yang lalu Satria seperti mendapatkan suntikan semangat untuk pergi ke sekolah lalu ada rasa kecewa saat pulang ke rumah. Mungkinkah semangat dan kekecewaan itu karena Alic. Selama ini Satria selalu membantah hal tersebut. Batinnya seolah berperang, diantara menolak dan mengiyakan. 3 tahun satu kelas Satria memang tak pernah bersikap baik kepada Alic. Satria yang selalu mempermalukan Alic karena berat badannya yang mencapai 57 kg ukuran anak SMA serta Alic yang tak pernah memperdulikan tingkah Satria kepada dirinya. Alic dingin, tapi kejadian di kantin itu beda. Satria menemukan sesuatu dari diri Alic yang kemudian membuatnya bahagia dan gelisah.  
“Mit, hari ini si Alic gak masuk lagi. Kenapa?” Tanya Satria to the point
“Gue juga gak tau” Jawab Mita singkat seraya beranjak dari kursi duduknya
“Lo mau pulang? Bareng sama gue, anterin gue ke rumah Alic” Ucap Satria tanpa sadar

Satria menghentikan kendaraanya di depan rumah bergaya modern klasik yang di dominasi warna abu hitam. Seorang lelaki berusia 67 tahun tengah memasang papan bertuliskan RUMAH INI DI JUAL menghentakan dada Satria. Di tatapnya mata Mita seolah mencari keterangan, tapi Mita tak menjawab. Segera dia hampiri lelaki itu yang sudah dia kenal cukup dekat.
“Pak ayum, Alicnya masih ada di atas kan?” Tanya Mita sopan
“Eh neng Mita! Ada kok, lagi beres-beres sebentar lagi mungkin….” Jawab Pak Ayum yang tak lain adalah tukang kebun keluarga Alic
Satria berjalan di belakang mengkuti Mita. Ruang tamu yang tidak di kunci, sehingga Mita bisa dengan cepat masuk ke dalam. Terdapat 2 koper berukuran sedang yang di simpan tak jauh dari pintu utama. Mita segera menaiki tangga pertama, hingga akhirnya 15 anak tangga terlewati. Pintu kamar terbuka dan terlihat seorang perempuan yang sedang berusaha memitakan pita warna merah di atas tempat nasi yang selalu menemaninya kemanapun dia pergi. Tempat nasi tersebut berisi makanan faforitnya yang hendak di berikan untuk seseorang yang selama ini secara sembunyi-sembunyi mengagumi kenikmatan sekutel buatan dirinya.
“Alic, lo berangkat sekarang ya? Rumah lo jadi di jual?”
“Hay Mit, masuk sini! Iya pesawat ke jermannya jam 4 sore berangkat, kemungkinan besar gue gak balik lagi kesini. Lo tau sendirikan Bokap di kasih tugas disana terus nyokap pengen kita tinggal disana aja, dia gak betah di Indonesia”
“Susah emang punya orang tua bule hahaha”
“Ah lo ada-ada aja! Eh Mit, kebetulan lo kesini gue titip ini ya buat Satria sampein maaf gue ke dia tadinya gue mau suruh Pak Ayum, gue gak sempet ketemu dia…”
Satria yang bersembunyi di balik pintu kamar merasakan kesesakan dadanya mendengar satu per satu kalimat yang keluar dari bibir Alic dan Mita. Di tariknya nafas panjang lalu berjalan masuk ke dalam kamar.
“Bukan gak sempet tapi lo gak mau ketemu gue” Ucap Satria sontak mengejutkan Alic
“Alic jujur beberapa hari ini gue ngerasa kehilangan lo. Maafin salah gue selama ini, gue ngaku kok kalo sekutel lo itu gak ada duanya” Lanjutnya jujur dari hati
“Gue bukannya gak mau ketemu lo, tapi itu sengaja gue lakuin buat ngebiasain kalian tanpa gue di kelas. Apalagi lo Mit.. dan lo juga Sat, setelah gue pergi lo bakal ngerasa jauh lebih nyaman karena gak ada gue yang bikin pemandangan jadi buruk”
“Alic selama ini gue salah nilai lo. Dari sekian banyak cewek berpenampilan sempurna yang dateng ke gue ternyata lo yang gue cari selama ini. Cuma lo yang bisa permaluin gue di depan umum dan lo yang nyadarin gue kalau gak  selamanya cover itu jadi modal utama. Selama ini orang-orang hormat ke gue karena gue anak pemilik yayasan serta keadaan fisik gue tapi mereka gak buat gue mikir tentang kelebihan yang Tuhan ciptakan di balik perbedaan. Gue suka sekutel lo dan gue mau nerima lo apa adanya Alic, perbedaan yang akan menjadi kesempurnaan. Lo dan gue. Lo besedia jadi seseorang yang berarti buat gue? ”
Dalam hati Alic tersenyum dan dengan pasti dia gelengkan kepala sebagai jawaban atas permintaan Satria.
“Gue mau pergi Sat, hubungan jarak jauh itu gak mudah. Nih kenang-kengangan dari gue….”
****

Tidak ada komentar:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS